Marketing Mix (Bauran Pemasaran)
Product : produk
Price : harga
Place : distribusi
Promotion : promosi
PRODUCT
Secara luas produk didefinisikan sebagai sesuatu yang dapat ditawarkan kepada seseorang untuk memuaskan suatu kebutuhan atau keinginan.
Dua jenis produk :
Tangible (berwujud) : mobil, minuman ringan, pesawat televisi dll
Intangible (tak berwujud) : pendidikan, telekomunikasi, service hotel, dll
PRODUCT LIFE CYCLE (PLC)
1. Masa Perkenalan (introduction)
Periode pertumbuhan penjualan lambat karena produk baru saja diperkenalkan di masyarakat.
Biaya yang sangat tinggi dapat membuat produk tidak menghasilkan laba sama sekali.
Kegiatan periklanan ditekankan untuk menciptakan brand awaraness dengan frekuensi yang lebih tinggi.
Dibutuhkan stimuli agar calon konsumen mencoba produk yang ditawarkan.
2. Masa Pertumbuhan (growth)
Pasar dengan cepat menerima produk baru sehingga penjualan mulai melonjak dan menghasilkan laba yang besar.
Persaingan akan semakin ketat mengingat produk kompetitor akan meningkatkan frekuensi periklanan.
Pada tahap ini kegiatan periklanan dimaksudkan untuk memperkuat positioning dan brand identification.
3. Masa Kedewasaan (maturity)
Periode di mana pertumbuhan penjualan mulai menurun karena produk sudah bisa diterima oleh sebagian besar pembeli potensial.
Jumlah keuntungan mantap dan stabil.
Jika telah melewati titik peak maka akan ada penurunan yang disebabkan oleh meningkatnya biaya pemasaran untuk melawan persaingan yang ketat.
Kegiatan periklanan diperlukan untuk memperkuat loyalitas konsumen yang mulai berkurang.
4. Masa Penurunan (decline)
Dalam periode ini penjualan menurun dengan tajam diikuti dengan menyusutnya laba.
Produk yang tersedia sulit untuk dipasarkan.
Pada tahap ini strategi periklanan perlu dirombak untuk meningkatkan kembali penjualan, atau bisa juga dikurangi untuk selanjutnya dihentikan sama sekali.
PRICE
Price atau harga merupakan variable pada marketing mix yang mengacu pada apa yang harus diberikan konsumen untuk membeli suatu barang atau jasa yang biasanya menggunakan nilai uang.
Tiga faktor penentu tinggi rendahnya harga dan saling berkaitan adalah :
1.Kualitas produk
2.Tingkat persaingan
3.Kegiatan promosi yang dilakukan
PLACE
Rumusan dalam menentukan distribusi mencakup banyak hal mulai dari memilih, mengelola, memberikan motivasi kepada distributor, pedagang besar, hingga pengecer yang membantu perusahaan menyediakan barang atau jasa kepada konsumen.
Biasanya pihak perantara ini disebut sebagai pihak yang menjual kembali (reseller), serta memiliki peran yang sangat penting dalam mendukung keberhasilan program pemasaran suatu perusahaan.
Dalam menentukan strategi distribusi hendaknya mempertimbangkan tujuan komunikasi serta efek dari pemilihan saluran terhadap program komunikasi pemasaran.
PROMOTION
Promotion Mix (Bauran Promosi) meliputi :
1.Advertising : periklanan
2.Sales Promotion : promosi penjualan
3.Persolan Selling : penjualan personal
4.Publicity : publisitas
ADVERTISING
Secara sederhana periklanan merupakan suatu bentuk presentasi nonpersonal atau massal dan promosi ide, barang dan jasa dalam media massa yang dibayar oleh suatu sponsor tertentu.
Pendapat lain dikemukakan Kotler dan Armstrong, bahwa periklanan merupakan setiap bentuk penyajian dan promosi bukan pribadi mengenai gagasan, barang atau jasa oleh sponsor yang teridentifikasi.
Sifat-sSifat Umum Periklanan :
Presentasi umum
Periklanan adalah cara berkomunikasi yang sangat umum. Sifat umum ini memberi semacam keabsahan produk dan penawaran yang terstandarisasi.
Tersebar luas
Periklanan adalah medium berdaya sebar luas yang memungkinkan pemasar mengulang satu pesan berulang kali. Iklan juga memungkinkan pembeli menerima dan membandingkan pesan berbagai pesaing.
Ekspresi yang lebih kuat
Periklanan memberi peluang untuk mendramatisasi perusahaan dan produknya melalui penggunaan cetakan, suara, dan warna penuh seni.
Tidak bersifat pribadi
Audiens tidak merasa wajib memperhatikan atau menanggapi. Iklan hanya mampu melakukan tugas yang bersifat monolog, bukan dialog.
Fungsi Utama Iklan :
1.Informative
Menginformasikan khalayak mengenai seluk beluk produk.
2.Persuading
Mempengaruhi khalayak untuk membeli.
3.Reminding
Menyegarkan informasi yang telah diterima khalayak.
4.Entertainment
Menciptakan suasana yang menyenangkan sewaktu khalayak menerima dan mencerna informasi (entertainment).
Respon yang diberikan khalayak salah satunya dapat diketahui melalui model AIDA :
Attention
Interest
Desired
Action
SALES PROMOTION
Jenis lain dari kegiatan promosi adalah promosi penjualan yang memiliki ciri persuasive langsung melalui penggunaan berbagai insentif yang dapat diatur untuk merangsang pembelian produk dengan segera dan/atau meningkatkan jumlah barang yang dibeli pelanggan.
Promosi penjualan memiliki tujuan yang dapat dibagi menjadi dua ;
1.Tujuan terhadap konsumen untuk bisa mendorong melakukan pembelian, menciptakan percobaan produk diantara orang yang bukan pemakai dan menarik orang yang sering berganti merek.
2.Terhadap pengecer, membujuk pengecer agar mau menjual produk-produk baru dan menyimpan persediaan yang lebih tinggi.
Secara umum tujuan promosi penjualan adalah:
1. Meningkatkan permintaan dari para pemakai industrial dan/atau konsumen akhir.
2. Meningkatkan kinerja pemasaran perantara.
3. Mendukung dan mengkoordinasikan kegiatan personal selling dan iklan.
PERSONAL SELLING
Pada penjualan perorangan terjadi komunikasi pribadi secara langsung antara penjual dan pembeli, dimana penjual dapat membujuk, mempengaruhi konsumen untuk melakukan pembelian produk yang ditawarkan.
Media yang digunakan antara lain: presentasi, penjualan, pameran dagang dan lain-lain.
Penjualan perorangan memiliki beberapa kelebihan antara lain:
Konfrontasi personal,
Penjualan personal mencakup hubungan yang hidup, langsung dan interaktif antara dua orang atau lebih. Masing-masing pihak dapat melihat kebutuhan dan karakteristik pihak lain secara lebih dekat dan segera melakukan penyesuaian.
Mempererat.
Penjualan personal memungkinkan timbulnya berbagai jenis hubungan mulai dari hubungan penjualan sampai kehubungan persahabatan.
Tanggapan.
Penjualan personal membuat pembeli merasa berkewajiban untuk mendengarkan wiraniaga penjual.
PUBLICITY
Publisitas merupakan stimulasi nonpersonal terhadap permintaan barang, jasa, ide dan sebagainya dengan berita komersial yang berarti dalam media massa dan tidak dibayar untuk mempromosikan dan/atau melindungi citra perusahaan atau produk individualnya.
Secara singkat, dapat disimpulkan bahwa publisitas adalah kegiatan-kegiatan komunikasi yang bertujuan menciptakan pemahaman melalui pengetahuan, membina hubungan yang baik dengan berbagai khalayak dan menumbuh kembangkan citra yang positif.
3 FAKTOR DAYA TARIK HUMAS DAN PUBLICITY :
1.Kredibilitas yang tinggi. Berita dan gambar lebih otentik dan dapat dipercaya oleh pembaca dibandingkan dengan iklan.
2.Kemampuan menangkap pembeli yang tidak menduga. Humas dapat menjangkau banyak calon pembeli yang cenderung menghindari wiraniaga dan iklan.
3.Dramatisasi. Seperti halnya periklanan, humas memiliki kemampuan untuk mendramatisasi suatu perusahaan atau produk.
ADVERTISING MIX
1. Media
2. Kreatif
MEDIA
Above The Line (ATL) dan
Below The Line (BTL).
ATL menurut Frank Jeffkins merupakan media yang berhak mengatur pengakuan dan pembayaran komisi kepada biro-biro iklan.
BTL tidak memberikannya. Artinya, biro iklan tidak berhak menerima komisi dari biaya operasional dari media-media BTL.
Perbedaan lainnya terletak pada sifat media itu sendiri.
Sifat ATL merupakan media ‘tak langsung’ yang mengenai audience, karena sifatnya yang terbatas pada penerimaan audience. Media ATL, antara lain: Surat kabar, Majalah, Televisi, Radio, Media luar ruang (outdoor), Bioskop, dll.
Sedangkan sifat BTL media yang ‘langsung’ mengena pada audience karena sifatnya yang memudahkan audience langsung mencerap satu produk/pesan saja. Media BTL, antara lain: directmail, katalog, Point of Purchase, pameran, brosur, dll.
Dalam pemilihan media periklanan kita mengenai istilah media primer atau media yang diutamakan dalam sebuah kampanye iklan.
Media sekunder atau media-media yang sifatnya menunjang atau melengkapi. Televisi bisa menjadi media sekunder bila ternyata brosur lebih efektif dijadikan media primer, begitu juga sebaliknya.
KREATIF
Ketika kita mengembangkan strategi kreatif iklan, maka kita akan merumuskan - how to say - nya sebuah pesan periklanan atau cara yang dilakukan untuk mengkomunikasikan pesan iklan - what to say - kepada audiens.
Pendekatan dalam iklan :
1.Plesetan
Orang tertawa ketika mendengar plesetan karena relevansinya. Relevansi dalam konteks ini mengacu pada kata aslinya yang kemudian diplesetkan.
2.Visual produk
Penggantian sebuah visual dengan visual lainnya. Mengganti secara keseluruhan, ukurannya atau salah satu elemen.
3. Headline atau tipografi
Visual berbentuk susunan kata dari headline atau tipografi yang memuat makna tertentu.
4. Logo
Menjadikan elemen logo sebagai sumber ide dalam menyampaikan pesan periklanan.
5. Makna ganda
Sebuah simbol yang dihadirkan untuk mewakili dua benda atau dua hal sekaligus.
6.Tokoh sebagai endorser
Penggunaan orang terutama yang menjadi publik figur dalam penyampaian pesan.
7. Sex
Mengarahkan fikiran konsumen pada hal-hal yang sensual.
8. Fungsi produk
Memindahkan fungsi dari suatu produk pada hal yang bersifat positif untuk menambah dramatisasi dari benefit produk tersebut.
Kamis, 24 Desember 2009
Jenis, Tujuan, dan Manfaat Iklan
Jenis-Jenis Iklan
Secara garis besar, iklan dapat digolongkan menjadi tujuh ketegori pokok yakni ;
1. Iklan konsumen
2. Iklan bisnis ke bisnis atau iklan antar bisnis
3. Iklan perdagangan
4. Iklan eceran
5. Iklan keuangan
6. Iklan langsung
7. Iklan lowongan kerja
1. Iklan Konsumen (Consumer Advertising)
1.Barang konsumen (consumer goods) seperti bahan makanan, shampoo, sabun dan sebagainya.
2.Barang tahan lama (durable goods), misalnya bangunan tempat tinggal, mobil, perhiasan, dan sebagainya.
Media yang paling cocok : surat kabar, majalah, televisi,
radio dan sebagainya.
2. Iklan Antar Bisnis
Kegunaan iklan antar bisnis adalah mempromosikan barang-barang dan jasa non-konsumen. Artinya, baik pemasang maupun sasaran iklan sama-sama perusahaan.
Produk yang diiklankan adalah barang antara atau yang harus diolah / menjadi unsur produksi. Termasuk di sini adalah pengiklanan bahan-bahan mentah, komponen, cuku cadang, dan aksesori-aksesori, fasilitas pabrik dan mesin, serta alat tulis kantor dan lain-lain.
Media : jurnal-jurnal perdagangan dan teknik, literatur dan katalog teknik, pameran-pameran dagang, jasa kiriman pos, serta seminar dan demonstrasi teknik.
3. Iklan Perdagangan (Trade Advertising)
Iklan perdagangan secara khusus ditujukan kepada kalangan distributor, pedagang-pedagang kulakan besar, para agen, eksportir/importir, dan para pedagang besar dan kecil. Barang-barang yang diiklankan itu adalah barang-barang untuk dijual kembali.
Media : Pameran perdagangan, yang diselenggarakan asosiasi perdagangan, yang ditujukan kepada para distributor.
4. Iklan Eceran (Retail Advertising)
Contoh yang paling mencolok adalah iklan-iklan yang dilancarkan oleh pasar swalayan atau pun toko-toko serba ada berukuran besar.
Iklan mengenai pasta gigi, produk susu, atau makanan ringan yang kita lihat di pasar swalayan yg tidak dibuat oleh pihak pengelola pasar swalayan, melainkan oleh perusahaan yang membuat makanan /minuman itu.
5. Iklan Keuangan (Financial Advertising)
Secara umum iklan keuangan meliputi iklan-iklan bank, jasa tabungan, asuransi, dan investasi dsb.
Media : Koran keuangan dan bisnis saja, misalnya di Bisnis Indonesia dan Investor Daily
6. Iklan Langsung (Direct Advertising)
Ciri khusus pada pemanfaatan media bagi iklan langsung adalah bersifat personal dan produk-produk yang diiklankan meliputi barang-barang tahan lama. Misalnya adalah penawaran produk kendaraan, tabungan, investasi, properti, pendidikan dan sebagainya.
Media-media yang digunakan pada iklan langsung antara lain surat yang buat khusus untuk dikirimkan kepada calon konsumen, pengiriman brosur, dan sejenisnya.
7. Iklan Lowongan Kerja (Recruitment Advertising)
Iklan jenis ini bertujuan merekrut calon pegawai (seperti pegawai perusahaan swasta, pegawai negeri atau badan-badan umum lainnya)
Media-media untuk iklan lowongan ini biasanya adalah :
- Surat kabar nasional
- Surat kabar daerah
- Terbitan-terbitan gratis iklan lowongan
- Radio dan televisi
Tujuan Periklanan
Menciptakan kesadaran pada suatu merek di dalam benak konsumen. Tanpa brand awarness yang tinggi akan sulit untuk mendapatkan pangsa pasar yang tinggi.
1.Mengkomunikasikan informasi kepada konsumen mengenai keunggulan
2.suatu merek. Manfaat ini berhubungan dengan keunggulan dari sebuah produk dibanding produk lain.
3.Mengasosiasikan suatu merek dengan perasaan serta emosi tertentu. Tujuannya, agar ada hubungan emosi antara konsumen dengan suatu merek.
4.Membuat perilaku. Artinya perilaku konsumen dapat dibentuk melalui kampanye periklanan.
5.Mengembangkan atau mengubah citra atau personalitas dari sebuah merek. Merek terkadang mengalami keterpurukan dimata konsumen.
6.Mengembangkan persepsi positif calon konsumen yang diharapkan kelak dapat menjadi pembeli potensial.
7.Mengarahkan konsumen untuk membeli produk.
Manfaat Iklan
1.Iklan memperluas alternatif bagi konsumen.
2.Iklan membantu produsen menimbulkan kepercayaan bagi konsumennya.
3.Iklan membuat orang mengenal dan selalu mengingat.
Citra Negatif Terhadap Iklan
1.Iklan bisa membuat orang membeli sesuatu yang sebetulnya tidak ia inginkan atau butuhkan.
2.Iklan mengakibatkan barang-barang menjadi lebih mahal.
3.Adanya kesan bahwa dengan adanya iklan dapat membuat produk yang berkualitas rendah dapat dijual.
4.Adanya kesan bahwa iklan adalah pemborosan.
Secara garis besar, iklan dapat digolongkan menjadi tujuh ketegori pokok yakni ;
1. Iklan konsumen
2. Iklan bisnis ke bisnis atau iklan antar bisnis
3. Iklan perdagangan
4. Iklan eceran
5. Iklan keuangan
6. Iklan langsung
7. Iklan lowongan kerja
1. Iklan Konsumen (Consumer Advertising)
1.Barang konsumen (consumer goods) seperti bahan makanan, shampoo, sabun dan sebagainya.
2.Barang tahan lama (durable goods), misalnya bangunan tempat tinggal, mobil, perhiasan, dan sebagainya.
Media yang paling cocok : surat kabar, majalah, televisi,
radio dan sebagainya.
2. Iklan Antar Bisnis
Kegunaan iklan antar bisnis adalah mempromosikan barang-barang dan jasa non-konsumen. Artinya, baik pemasang maupun sasaran iklan sama-sama perusahaan.
Produk yang diiklankan adalah barang antara atau yang harus diolah / menjadi unsur produksi. Termasuk di sini adalah pengiklanan bahan-bahan mentah, komponen, cuku cadang, dan aksesori-aksesori, fasilitas pabrik dan mesin, serta alat tulis kantor dan lain-lain.
Media : jurnal-jurnal perdagangan dan teknik, literatur dan katalog teknik, pameran-pameran dagang, jasa kiriman pos, serta seminar dan demonstrasi teknik.
3. Iklan Perdagangan (Trade Advertising)
Iklan perdagangan secara khusus ditujukan kepada kalangan distributor, pedagang-pedagang kulakan besar, para agen, eksportir/importir, dan para pedagang besar dan kecil. Barang-barang yang diiklankan itu adalah barang-barang untuk dijual kembali.
Media : Pameran perdagangan, yang diselenggarakan asosiasi perdagangan, yang ditujukan kepada para distributor.
4. Iklan Eceran (Retail Advertising)
Contoh yang paling mencolok adalah iklan-iklan yang dilancarkan oleh pasar swalayan atau pun toko-toko serba ada berukuran besar.
Iklan mengenai pasta gigi, produk susu, atau makanan ringan yang kita lihat di pasar swalayan yg tidak dibuat oleh pihak pengelola pasar swalayan, melainkan oleh perusahaan yang membuat makanan /minuman itu.
5. Iklan Keuangan (Financial Advertising)
Secara umum iklan keuangan meliputi iklan-iklan bank, jasa tabungan, asuransi, dan investasi dsb.
Media : Koran keuangan dan bisnis saja, misalnya di Bisnis Indonesia dan Investor Daily
6. Iklan Langsung (Direct Advertising)
Ciri khusus pada pemanfaatan media bagi iklan langsung adalah bersifat personal dan produk-produk yang diiklankan meliputi barang-barang tahan lama. Misalnya adalah penawaran produk kendaraan, tabungan, investasi, properti, pendidikan dan sebagainya.
Media-media yang digunakan pada iklan langsung antara lain surat yang buat khusus untuk dikirimkan kepada calon konsumen, pengiriman brosur, dan sejenisnya.
7. Iklan Lowongan Kerja (Recruitment Advertising)
Iklan jenis ini bertujuan merekrut calon pegawai (seperti pegawai perusahaan swasta, pegawai negeri atau badan-badan umum lainnya)
Media-media untuk iklan lowongan ini biasanya adalah :
- Surat kabar nasional
- Surat kabar daerah
- Terbitan-terbitan gratis iklan lowongan
- Radio dan televisi
Tujuan Periklanan
Menciptakan kesadaran pada suatu merek di dalam benak konsumen. Tanpa brand awarness yang tinggi akan sulit untuk mendapatkan pangsa pasar yang tinggi.
1.Mengkomunikasikan informasi kepada konsumen mengenai keunggulan
2.suatu merek. Manfaat ini berhubungan dengan keunggulan dari sebuah produk dibanding produk lain.
3.Mengasosiasikan suatu merek dengan perasaan serta emosi tertentu. Tujuannya, agar ada hubungan emosi antara konsumen dengan suatu merek.
4.Membuat perilaku. Artinya perilaku konsumen dapat dibentuk melalui kampanye periklanan.
5.Mengembangkan atau mengubah citra atau personalitas dari sebuah merek. Merek terkadang mengalami keterpurukan dimata konsumen.
6.Mengembangkan persepsi positif calon konsumen yang diharapkan kelak dapat menjadi pembeli potensial.
7.Mengarahkan konsumen untuk membeli produk.
Manfaat Iklan
1.Iklan memperluas alternatif bagi konsumen.
2.Iklan membantu produsen menimbulkan kepercayaan bagi konsumennya.
3.Iklan membuat orang mengenal dan selalu mengingat.
Citra Negatif Terhadap Iklan
1.Iklan bisa membuat orang membeli sesuatu yang sebetulnya tidak ia inginkan atau butuhkan.
2.Iklan mengakibatkan barang-barang menjadi lebih mahal.
3.Adanya kesan bahwa dengan adanya iklan dapat membuat produk yang berkualitas rendah dapat dijual.
4.Adanya kesan bahwa iklan adalah pemborosan.
Definisi Periklanan
Institut Praktisi Periklanan Inggris mendefinisikan istilah periklanan sebagai berikut :
“Periklanan merupakan pesan-pesan penjualan yang paling persuasif yang diarahkan kepada para calon pembeli yang paling potensial atas produk barang atau jasa tertentu dengan biaya yang semurah-murahnya.”`
Definisi lain mengatakan bahwa periklanan merupakan penyebaran informasi tentang suatu gagasan, barang atau jasa, untuk ‘membujuk’ orang agar berfikir, bersikap atau bertindak sesuai dengan keinginan pengiklan.
Dari batasan-batasan di atas, secara global periklanan
mempunyai pengertian sebagai berikut :
1. Penyebaran Informasi
2. Penawaran gagasan, barang atau jasa
3. Persuasi agar sesuai dengan pengiklan
4. Non personal
5. Sponsor yang jelas
BIAYA KEGIATAN PERIKLANAN
SATU
“Pada dasarnya biaya iklan itu nantinya akan dibayar oleh para konsumen melalu harga produk yang mereka tanggung, sama halnya dengan biaya-biaya dalam pengadaan produk mulai dari biaya-biaya riset dan penelitian, pembelian bahan baku, serta proses pengolahan/manufaktur dan distribusi.”
DUA
Biaya periklanan semahal apapun, akan dapat dibenarkan atas dasar dua hal;
- Sebesar apapun biaya iklan tidak menjadi masalah selama hal itu memungkinkan para konsumen dapat memuaskan keinginan atau kebutuhannya dengan produk yang diiklankan (apalagi jika produk itu memiliki cukup banyak saingan).
- Semahal apapun biaya-biaya iklan masih bisa diterima, selama hal itu memungkinkan pihak produsen atau pemasok memetik keuntungan.
TIGA
Secara umum, harga-harga produk justru akan lebih murah dengan adanya iklan.
Sebaliknya, tanpa iklan, harga produk justru akan lebih mahal. Karena seandainya kegiatan iklan dihentikan, maka permintaan atas produk tadi dengan sendirinya akan turun, dan biaya produksi pun akan meningkat sehingga pada akhirnya harga produk justru akan mahal
(karena perusahaan/produsen akan mengejar keuntungan yang sama dari produk-produk yang jumlahnya lebih sedikit)
PERIKLANAN DAN PEMASARAN
Marketing Mix (Prinsip 4P) :
· Product (produk)
· Place (distribusi)
· Price (harga)
· Promotion (promosi)
Promotion Mix :
· Advertising (periklanan)
· Publicity (publisitas)
· Sales Promotion (promosi penjualan)
· Personal Selling (penjualan perorangan)
PERIKLANAN SEBAGAI PROSES KOMUNIKASI
Proses komunikasi yang dijelaskan melalui formula Harold D Lasswell (1948) :
- Who? (Siapakah komunikatornya?)
- Says What? (Pesan apa yang dinyatakannya?)
- In Which Channel? (Media apa yang digunakannya?)
- To Whom? (Siapa komunikannya?)
- With What Effect? (Efek apa yang diharapkannya?)
Kajian lebih jauh mengenai pertanyaan “efek apa yang diharapkan?”, mengandung pertanyaan lain yang perlu dijawab dengan seksama.
-When? (Kapan dilaksanakannya?)
-How? (Bagaimana melaksanakannya?)
-Why? (Mengapa dilaksanakan
demikian?)
Masyarakat Periklanan Indonesia mempunyai rumusan tentang beberapa hal yang berhubungan dengan periklanan :
Periklanan adalah keseluruhan proses yang meliputi penyiapan, perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan penyampaian iklan.
Iklan adalah segala bentuk pesan tentang suatu produk yang disampaikan melalui suatu media, dibiayai oleh pemrakarsa yang dikenal, serta ditujukan kepada sebagian atau seluruh masyarakat.
4 MACAM KEGIATAN DALAM PROSES PERIKLANAN :
1. Penyiapan (preparation)
2. Perencanaan (planning)
3. Pelaksanaan (execution)
4. Pengawasan (control)
Periklanan merupakan salah satu bentuk khusus komunikasi untuk memenuhi fungsi pemasaran.
Periklanan merupakan cara menjual melalui penyebaran informasi.
Unsur-Unsur Pokok Pada Kampanye Iklan :
1.Apa yang sebenarnya hendak dicapai melalui iklan?
2.Kapan tujuan tersebut akan dapat dicapai?
3.Apa strategi yang paling cocok untuk mencapai tujuan tersebut?
Jika strateginya sudah ada, taktik apa yang paling tepat untuk melaksanakannya? Apa gagasan kreatifnya, dan media apa yang harus digunakan ?
“Periklanan merupakan pesan-pesan penjualan yang paling persuasif yang diarahkan kepada para calon pembeli yang paling potensial atas produk barang atau jasa tertentu dengan biaya yang semurah-murahnya.”`
Definisi lain mengatakan bahwa periklanan merupakan penyebaran informasi tentang suatu gagasan, barang atau jasa, untuk ‘membujuk’ orang agar berfikir, bersikap atau bertindak sesuai dengan keinginan pengiklan.
Dari batasan-batasan di atas, secara global periklanan
mempunyai pengertian sebagai berikut :
1. Penyebaran Informasi
2. Penawaran gagasan, barang atau jasa
3. Persuasi agar sesuai dengan pengiklan
4. Non personal
5. Sponsor yang jelas
BIAYA KEGIATAN PERIKLANAN
SATU
“Pada dasarnya biaya iklan itu nantinya akan dibayar oleh para konsumen melalu harga produk yang mereka tanggung, sama halnya dengan biaya-biaya dalam pengadaan produk mulai dari biaya-biaya riset dan penelitian, pembelian bahan baku, serta proses pengolahan/manufaktur dan distribusi.”
DUA
Biaya periklanan semahal apapun, akan dapat dibenarkan atas dasar dua hal;
- Sebesar apapun biaya iklan tidak menjadi masalah selama hal itu memungkinkan para konsumen dapat memuaskan keinginan atau kebutuhannya dengan produk yang diiklankan (apalagi jika produk itu memiliki cukup banyak saingan).
- Semahal apapun biaya-biaya iklan masih bisa diterima, selama hal itu memungkinkan pihak produsen atau pemasok memetik keuntungan.
TIGA
Secara umum, harga-harga produk justru akan lebih murah dengan adanya iklan.
Sebaliknya, tanpa iklan, harga produk justru akan lebih mahal. Karena seandainya kegiatan iklan dihentikan, maka permintaan atas produk tadi dengan sendirinya akan turun, dan biaya produksi pun akan meningkat sehingga pada akhirnya harga produk justru akan mahal
(karena perusahaan/produsen akan mengejar keuntungan yang sama dari produk-produk yang jumlahnya lebih sedikit)
PERIKLANAN DAN PEMASARAN
Marketing Mix (Prinsip 4P) :
· Product (produk)
· Place (distribusi)
· Price (harga)
· Promotion (promosi)
Promotion Mix :
· Advertising (periklanan)
· Publicity (publisitas)
· Sales Promotion (promosi penjualan)
· Personal Selling (penjualan perorangan)
PERIKLANAN SEBAGAI PROSES KOMUNIKASI
Proses komunikasi yang dijelaskan melalui formula Harold D Lasswell (1948) :
- Who? (Siapakah komunikatornya?)
- Says What? (Pesan apa yang dinyatakannya?)
- In Which Channel? (Media apa yang digunakannya?)
- To Whom? (Siapa komunikannya?)
- With What Effect? (Efek apa yang diharapkannya?)
Kajian lebih jauh mengenai pertanyaan “efek apa yang diharapkan?”, mengandung pertanyaan lain yang perlu dijawab dengan seksama.
-When? (Kapan dilaksanakannya?)
-How? (Bagaimana melaksanakannya?)
-Why? (Mengapa dilaksanakan
demikian?)
Masyarakat Periklanan Indonesia mempunyai rumusan tentang beberapa hal yang berhubungan dengan periklanan :
Periklanan adalah keseluruhan proses yang meliputi penyiapan, perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan penyampaian iklan.
Iklan adalah segala bentuk pesan tentang suatu produk yang disampaikan melalui suatu media, dibiayai oleh pemrakarsa yang dikenal, serta ditujukan kepada sebagian atau seluruh masyarakat.
4 MACAM KEGIATAN DALAM PROSES PERIKLANAN :
1. Penyiapan (preparation)
2. Perencanaan (planning)
3. Pelaksanaan (execution)
4. Pengawasan (control)
Periklanan merupakan salah satu bentuk khusus komunikasi untuk memenuhi fungsi pemasaran.
Periklanan merupakan cara menjual melalui penyebaran informasi.
Unsur-Unsur Pokok Pada Kampanye Iklan :
1.Apa yang sebenarnya hendak dicapai melalui iklan?
2.Kapan tujuan tersebut akan dapat dicapai?
3.Apa strategi yang paling cocok untuk mencapai tujuan tersebut?
Jika strateginya sudah ada, taktik apa yang paling tepat untuk melaksanakannya? Apa gagasan kreatifnya, dan media apa yang harus digunakan ?
Sejarah Periklanan
MUNCULNYA IKLAN
Kegiatan periklanan paling sederhana dikenal pada peradaban manusia sebelum 1450 dalam bentuk “pesan berantai”.
Peradaban lisan
Manusia mulai menggunakan sarana tulisan sebagai alat penyampaian pesan.
Masa Yunani dan Romawi
Iklan mulai digunakan untuk kepentingan pemerintahan dan perdagangan.
Pada awal abad 16 dan 17
Ditampilkan iklan tentang budak belian, kuda, serta produk-produk baru seperti buku dan obat-obatan. Munculnya iklan buku dan obat- obatan ketika itu menunjukkan bahwa waktu itu orang masih memperhatikan kesehatan dan pendidikan.
Abad 18
Amerika Serika mulai mengenal iklan pada awal abad ke 18. Iklan-iklan media cetak di Amerika Serikat ketika itu ditujukan pada sasaran pembaca di Eropa yang menyebutkan adanya tanah-tanah garapan yang menantang untuk masa depan di Amerika.
Salah satu contoh iklan terbaik yang merupakan bukti sejarah yang dikenal di Amerika Serikat adalah iklan yang dimuat di Pennsylvania Evening Post edisi 6 Juli 1776. Pesan yang disampaikan, tidak lain adalah Proklamasi Kemerdekaan Amerika Serikat.
IKLAN DI TENGAH MODERNISASI
Sadar ataupun tidak, kita semua sesungguhnya adalah target dari iklan yang mengisi hampir setiap waktu dan langkah dalam berbagai sendi kehidupan.
Iklan telah merasuki seluruh bagian dari kehidupan manusia. Bukan hanya tempat-tempat milik umum, bahkan seluruh bagian tubuh kita pun sudah menjadi sasaran media iklan.
Produksi berbagai barang dan jasa secara besar-besaran mengharuskan pihak prosuden membawa dan memperkenalkannya secara aktif kepada calon konsumen dan itu sering dilakukannya melalui periklanan.
Produsen tidak bisa lagi berdiam diri menunggu datangnya pembeli.
Perkembangan dunia periklanan seiring dengan perkembangan media seperti koran-koran di kedai kopi di masa klasik pad abad ke 17 dan dimulai terbitnya biro-biro iklan pertama seperti White’ pada tahun 1800 yang menangani periklanan lotere resmi pemerintah Inggris.
Kehidupan dunia modern kita saat ini sangat tergantung kepada iklan.
Tanpa iklan, para produsen dan distributor tidak akan dapat menjual barangnya, sedangkan para pembeli tidak akan memiliki informasi yang memadai mengenai produk-produk barang dan jasa yang tersedia di pasar.
PERTUMBUHAN PERIKLANAN
Memasuki era 1990 birokrasi pemerintah mulai longgar sehingga beberapa koran baru yang dimiliki pemodal kuat memasuki pasaran.
Kondisi tersebut langsung direspon oleh pengusaha-pengusaha melalui berdirinya biro-biro iklan baik dalam skala besar, menengah, maupun kecil.
Tak terkecuali biro iklan asing yang mulai merambah pasar Indonesia yang sangat besar. Hingga era 2000-an ini telah ratusan biro iklan yang menjadi anggora PPPI (Persatuan Perusahaan Periklanan Indonesia).
Pada era 80-an, belanja iklan Indonesia dibandingkan anggota ASEAN lainnya masih sangat kecil.
Rendahnya belanja iklan per kapita di Indonesia ini mungkin disebabkan oleh regulasi pemerintah dengan menutup sama sekali iklan di pasang di televisi (TVRI) mulai tanggal 1 April 1981.
Total billing iklan pada tahun 1987 itu mencapai 270 milyar rupiah.
Media cetak sebesar 71% (koran 51% dan majalah 20%),
Papan reklame 15%,
Radio 12%
Lainnya 2%.
PERKEMBANGAN IKLAN DI INDONESIA
Iklan telah ada sejak koran beredar di Indonesia lebih dari 100 tahun yang lalu.
Sementara itu di Semarang, pada tahun 1864 sudah ada surat kabar De Locomotief yang beredar setiap hari.
Yang menarik perhatian adalah sebuah iklan yang menawarkan tempat penginapan (hotel) dari Paris.
Hal ini disebabkan oleh luasnya peredaran surat kabar terkemuka ini hingga ke Paris dan Amsterdam.
Contoh salah satu iklan pada surat kabar De Locomotief :
Grand Hotel des Pays-Bas 82, rue Lafitte, Parijs
eenig Hollandsch Hotel
Hollandsche keuken
Hollandsche courante ter lezing
NILAI EKONOMIS IKLAN DALAM PEMASARAN
Manfaat iklan yang terbesar adalah membawa pesan yang ingin disampaikan oleh produsen kepada khalayak. Iklan menjangkau berbagai daerah yang sulit secara fisik oleh produsen melalui jenis pemasaran lainnya. Sekalipun memerlukan biaya yang secara nomimal sangat besar jumlahnya, namun bagi produsen yang dapat memanfaatkan kreativitas dalam periklanan, strategi iklan yang tepat dapat menjadi sangat murah. Promosi dengan menggunakan media massa masih dianggap lebih ekonomis.
Contoh ; Kita memasang iklan di surat kabar Kompas
Ukuran 3 kolom x 200 mm
Biaya per mm adalah Rp 62.000,- (tarif iklan tahun 2008),
Maka biaya yang harus kita keluarkan adalah Rp 37.200.000,-.
Jika oplah surat kabar adalah 600.000 dengan rata-rata 1 surat kabar
dibaca 5 orang maka total pembaca adalah 3.000.000
Maka biaya untuk menjangkau 1 orang adalah ; Rp 37.200.000 : 3.000.000 = Rp 12.4,-
Bandingkan dengan jika kita harus mencetak brosur sendiri serta biaya
mengedarkannya untuk menjangkau jumlah yang sama. Tentunya bisanya akan terasa membengkak sangat mahal.
Nilai ekonomis iklan ini sangat tergantung pada daya jangkau media yang digunakan serta karakteristik khalayak sasarannya.
Ada kalanya seorang pemasang iklan harus memilih untuk memasang iklan di surat kabar atau majalah yang oplahnya kecil dan total biaya yang lebih mahal, namun dapat menjangkau pasar potensial yang lebih optimal.
Kegiatan periklanan paling sederhana dikenal pada peradaban manusia sebelum 1450 dalam bentuk “pesan berantai”.
Peradaban lisan
Manusia mulai menggunakan sarana tulisan sebagai alat penyampaian pesan.
Masa Yunani dan Romawi
Iklan mulai digunakan untuk kepentingan pemerintahan dan perdagangan.
Pada awal abad 16 dan 17
Ditampilkan iklan tentang budak belian, kuda, serta produk-produk baru seperti buku dan obat-obatan. Munculnya iklan buku dan obat- obatan ketika itu menunjukkan bahwa waktu itu orang masih memperhatikan kesehatan dan pendidikan.
Abad 18
Amerika Serika mulai mengenal iklan pada awal abad ke 18. Iklan-iklan media cetak di Amerika Serikat ketika itu ditujukan pada sasaran pembaca di Eropa yang menyebutkan adanya tanah-tanah garapan yang menantang untuk masa depan di Amerika.
Salah satu contoh iklan terbaik yang merupakan bukti sejarah yang dikenal di Amerika Serikat adalah iklan yang dimuat di Pennsylvania Evening Post edisi 6 Juli 1776. Pesan yang disampaikan, tidak lain adalah Proklamasi Kemerdekaan Amerika Serikat.
IKLAN DI TENGAH MODERNISASI
Sadar ataupun tidak, kita semua sesungguhnya adalah target dari iklan yang mengisi hampir setiap waktu dan langkah dalam berbagai sendi kehidupan.
Iklan telah merasuki seluruh bagian dari kehidupan manusia. Bukan hanya tempat-tempat milik umum, bahkan seluruh bagian tubuh kita pun sudah menjadi sasaran media iklan.
Produksi berbagai barang dan jasa secara besar-besaran mengharuskan pihak prosuden membawa dan memperkenalkannya secara aktif kepada calon konsumen dan itu sering dilakukannya melalui periklanan.
Produsen tidak bisa lagi berdiam diri menunggu datangnya pembeli.
Perkembangan dunia periklanan seiring dengan perkembangan media seperti koran-koran di kedai kopi di masa klasik pad abad ke 17 dan dimulai terbitnya biro-biro iklan pertama seperti White’ pada tahun 1800 yang menangani periklanan lotere resmi pemerintah Inggris.
Kehidupan dunia modern kita saat ini sangat tergantung kepada iklan.
Tanpa iklan, para produsen dan distributor tidak akan dapat menjual barangnya, sedangkan para pembeli tidak akan memiliki informasi yang memadai mengenai produk-produk barang dan jasa yang tersedia di pasar.
PERTUMBUHAN PERIKLANAN
Memasuki era 1990 birokrasi pemerintah mulai longgar sehingga beberapa koran baru yang dimiliki pemodal kuat memasuki pasaran.
Kondisi tersebut langsung direspon oleh pengusaha-pengusaha melalui berdirinya biro-biro iklan baik dalam skala besar, menengah, maupun kecil.
Tak terkecuali biro iklan asing yang mulai merambah pasar Indonesia yang sangat besar. Hingga era 2000-an ini telah ratusan biro iklan yang menjadi anggora PPPI (Persatuan Perusahaan Periklanan Indonesia).
Pada era 80-an, belanja iklan Indonesia dibandingkan anggota ASEAN lainnya masih sangat kecil.
Rendahnya belanja iklan per kapita di Indonesia ini mungkin disebabkan oleh regulasi pemerintah dengan menutup sama sekali iklan di pasang di televisi (TVRI) mulai tanggal 1 April 1981.
Total billing iklan pada tahun 1987 itu mencapai 270 milyar rupiah.
Media cetak sebesar 71% (koran 51% dan majalah 20%),
Papan reklame 15%,
Radio 12%
Lainnya 2%.
PERKEMBANGAN IKLAN DI INDONESIA
Iklan telah ada sejak koran beredar di Indonesia lebih dari 100 tahun yang lalu.
Sementara itu di Semarang, pada tahun 1864 sudah ada surat kabar De Locomotief yang beredar setiap hari.
Yang menarik perhatian adalah sebuah iklan yang menawarkan tempat penginapan (hotel) dari Paris.
Hal ini disebabkan oleh luasnya peredaran surat kabar terkemuka ini hingga ke Paris dan Amsterdam.
Contoh salah satu iklan pada surat kabar De Locomotief :
Grand Hotel des Pays-Bas 82, rue Lafitte, Parijs
eenig Hollandsch Hotel
Hollandsche keuken
Hollandsche courante ter lezing
NILAI EKONOMIS IKLAN DALAM PEMASARAN
Manfaat iklan yang terbesar adalah membawa pesan yang ingin disampaikan oleh produsen kepada khalayak. Iklan menjangkau berbagai daerah yang sulit secara fisik oleh produsen melalui jenis pemasaran lainnya. Sekalipun memerlukan biaya yang secara nomimal sangat besar jumlahnya, namun bagi produsen yang dapat memanfaatkan kreativitas dalam periklanan, strategi iklan yang tepat dapat menjadi sangat murah. Promosi dengan menggunakan media massa masih dianggap lebih ekonomis.
Contoh ; Kita memasang iklan di surat kabar Kompas
Ukuran 3 kolom x 200 mm
Biaya per mm adalah Rp 62.000,- (tarif iklan tahun 2008),
Maka biaya yang harus kita keluarkan adalah Rp 37.200.000,-.
Jika oplah surat kabar adalah 600.000 dengan rata-rata 1 surat kabar
dibaca 5 orang maka total pembaca adalah 3.000.000
Maka biaya untuk menjangkau 1 orang adalah ; Rp 37.200.000 : 3.000.000 = Rp 12.4,-
Bandingkan dengan jika kita harus mencetak brosur sendiri serta biaya
mengedarkannya untuk menjangkau jumlah yang sama. Tentunya bisanya akan terasa membengkak sangat mahal.
Nilai ekonomis iklan ini sangat tergantung pada daya jangkau media yang digunakan serta karakteristik khalayak sasarannya.
Ada kalanya seorang pemasang iklan harus memilih untuk memasang iklan di surat kabar atau majalah yang oplahnya kecil dan total biaya yang lebih mahal, namun dapat menjangkau pasar potensial yang lebih optimal.
Kaitan Komunikasi Non Verbal dengan Kebudayaan
PENTINGNYA KOMUNIKASI NON VERBAL
Komunikasi nonverbal sebagai bentuk komunikasi yang digunakan oleh manusia untuk mengadakan kontak dengan realitas lingkungannya, mempunyai persamaan komponen dengan komunikasi verbal, yakni sebagai berikut :
1. Menggunakan sistem lambang atau simbol;
2. Merupakan sesuatu yang dihasilkan oleh individu manusia;
3. Orang lain juga memberikan arti pada simbol yang dihasilkan tadi.
Berarti di sini telah terjadi suatu proses saling memberikan arti pada simbol-simbol yang disampaikan antara individu-individu yang berhubungan.
Komunikasi merupakan proses penggunaan tanda-tanda dan simbol-simbol yang mendatangkan makna bagi orang atau orang-orang lain. Dari pengertian komunikasi tersebut, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa :
Kelangsungan komunikasi tergantung pada macam-macam sistem tanda dan lambang yang digunakan.
Komunikasi dapat terjadi kalau makna simbol yang ada dalam diri seseorang juga mempunyai arti yang sama bagi orang lain dengan siapa ia berinteraksi.
Salah satu masalah yang paling sering terjadi dalam Komunikasi Antar Budaya adalah apabila terdapat perbedaan pemberian makna terhadap simbol.
Tanda dan simbol merupakan alat dan materi yang digunakan dalam interaksi.
Dalam komunikasi, pesan nonverbal yang berupa tanda dan simbol, memainkan peranan penting dalam kehidupan manusia, walaupun hal ini sering kali tidak kita disadari. Baik secara sadar maupun tidak sadar, dengan maksud maupun tidak dengan maksud, seseorang mengirim dan menerima pesan nonverbal. Bahkan seseorang membuat penilaian dan keputusan berdasarkan pesan nonverbal tersebut. Pesan atau perilaku nonverbal menyatakan pada seseorang bagaimana menginterprestasikan pesan-pesan lain yang terkandung didalamnya.
Dalam komunikasi, pesan nonverbal yang berupa tanda dan simbol, memainkan peranan penting dalam kehidupan manusia, walaupun hal ini sering kali tidak kita disadari. Baik secara sadar maupun tidak sadar, dengan maksud maupun tidak dengan maksud, seseorang mengirim dan menerima pesan nonverbal. Bahkan seseorang membuat penilaian dan keputusan berdasarkan pesan nonverbal tersebut. Pesan atau perilaku nonverbal menyatakan pada seseorang bagaimana menginterprestasikan pesan-pesan lain yang terkandung didalamnya.
Proses nonverbal yang ada dalam setiap negara di dunia dan di antara macam-macam kelompok dalam masing-masing negara. Pentingnya komunikasi nonverbal adalah sebagai berikut :
1. Menentukan makna dalam komunikasi interpersonal.
Komunikasi nonverbal akan lebih mempertegas atau lebih memberikan makna mengenai komunikasi verbal yang terjadi.
2. Menyampaikan perasaan dan emosi lebih cermat.
Dengan melakukan komunikasi nonverbal maka kita dapat mengekspresikan emosi kita sehinggga lawan bicara kita mengeathui bagaimana emosi dan perasaan kita saat terjadinya komunikasi tesebut, yang akhirnya terjadi komunikasi yang efektif.
3. Menyampaikan makna dan maksud yang relatif bebas dari penipuan, distorsi dan kerancuan
4. Berfungsi metakomunikatif yang sangat diperlukan untuk mencapai komunikasi yang berkualitas tinggi
5. Merupakan cara komunikasi yang lebih efisien.
Maksudnya bukan berarti bahwa komunikasi nonverbal lebih efisien dibandingkan dengan komunikasi verbal. Dalam melihat point ini harus juga dikaitkan dnegan situasi dan kondisi saat komunikasi itu terjadi.
Contoh : ketika di tengah kerumunan massa maka komunikasi nonverbal (dengan melambaikan tangan atau tepuk tangan) lebih efisien dibandingkan dnegan komunikasi verbal (missal teriak).
Merupakan sarana sugesti yang paling tepat
PENGERTIAN KOMUNIKASI NON VERBAL
Komunikasi nonverbal merupakan bentuk komunikasi yang tidak menggunakan kata-kata, baik lisan maupun tulisan. Komunikasi nonverbal menggunakan tanda-tanda melalui tubuh, meliputi gerak tubuh, ekspresi muka, nada suara.
Contoh, ekspresi muka seseorang bisa membedakan apakah ia sedang marah, murung atau menghadapi ketakutan.
Bentuk-bentuk komunikasi nonverbal yang terjadi tidak harus hanya gerak tubuh saja tetapi bisa dilihat dari bentuk-bentuik komunikasi nonverbal yang lainnya seperti ekspresi muka atau nada suara.
Sehingga dapat dikatakan bahwa apabila terjadi komunikasi maka bisa saja bentuk-bentuk komunikasi nonverbal terjadi, bisa 1 bentuk saja atau lebih dari 1 bentuk komunikasi nonverbal.
Komunikasi nonverbal akan menunjang komunikasi verbal. Komunikasi nonverbal merupakan bentuk komunikasi yang tidak menggunakan kata-kata, baik lisan maupun tulisan. Komunikasi nonverbal menggunakan tanda-tanda melalui tubuh, meliputi gerak tubuh, ekspresi muka, nada suara. Sebagai contoh, ekspresi muka seseorang bisa membedakan apakah ia sedang marah, murung atau menghadapi ketakutan. Bentuk-bentuk komunikasi nonverbal yang terjadi tidak harus hanya gerak tubuh saja tetapi bisa dilihat dari bentuk-bentuik komunikasi nonverbal yang lainnya seperti ekspresi muka atau nada suara.
Sehingga dapat dikatakan bahwa apabila terjadi komunikasi maka bisa saja bentuk-bentuk komunikasi nonverbal terjadi, bisa 1 bentuk saja atau lebih dari 1 bentuk komunikasi nonverbal.
CIRI-CIRI KOMUNIKASI NONVERBAL
1. Komunikatif
Perilaku nonverbal dalam suatu situasi interaksi selalu mengkomunikasikan sesuatu. Ini berlaku untuk semua bentuk komunikasi, khususnya untuk komunikasi nonverbal. Manusia tidak mungkin tidak bertingkah laku, dan karenanya, tidak mungkin tidak mengkomunikasikan sesuatu. Apa pun yang manusia lakukan atau tidak dilakukan, dan apakah tindak tanduknya disengaja atau tidak disengaja, perilaku nonverbal manusia mengkomunikasikan sesuatu. Selanjutnya, pesan-pesan ini bisa diterima secara sadar ataupun tak sadar. Duduk diam di sudut kelas dan membaca sebuah buku mengkomunikasikan sesuatu kepada orang lain sepasti verbalisasi. Memandang hampa ke luar jendela selama guru mengajar mengkomunikasikan isyarat kepada sang guru bahwa anda mengatakan “Saya jemu.” Tetapi, sadarilah perbedaan penting antara pernyataan nonverbal dan pernyataan verbal. Mahasiswa yang memandang keluar jendela ketika gurunya bertanya “Mengapa kamu jemu?” selalu dapat mengelak dengan mengatakan bahwa ia tiba-tiba tertarik oleh sesuatu di luar.
2. Kesamaan Perilaku
Satu cara yang sering digunakan untuk menyimpulkan apakah dua orang saling menyukai adalah kesamaan perilaku (behavioral synchrony). Istilah ini mengacu pada kesamaan perilaku nonverbal dua orang, yang mungkin mempunyai banyak bentuk. Salah satu mungkin meniru yang lain, atau kedua orang ini secara spontan berperilaku sama. Kita dapat melihat kesamaan perilaku dalam gerak-gerik tubuh secara umum serta gerakan tangan selain juga sikap-sikap yang lain (misalnya, dua orang duduk atau berdiri dengan cara yang sama, atau merokok dengan gaya yang bermiripan) dan pada suara (misalnya, dua orang yang sangat mirip dalam pola bicara, kekerasan suara, atau cara diamnya). Pada umumnya, kesamaan perilaku merupakan indeks dari rasa saling menyukai.
3. Komunikasi Artifaktual
Banyak pesan nonverbal dikomunikasikan melaui cara berpakaian dan artifak-artifak lain. Perhiasan, tata rias wajah, kancing, alat tulis yang digunakan, mobil yang dikendarai, rumah yang diami, perabot rumah yang dimiliki serta cara penataannya, besar dan lokasi kantor, dan nyatanya, hampir setiap benda yang berkaitan dengan manusia, juga mengkomunikasikan makna. Arloji Rolex dan Timex keduanya mungkin memberikan informasi tentang waktu yang sama dan benar, tetapi keduanya mengkomunikasikan hal yang berbeda tentang pemakainya.
4. Kontekstual
Seperti halnya komunikasi verbal, komunikasi nonverbal terjadi dalam suatu konteks (situasi, lingkungan), dan konteks tersebut membantu untuk menentukan makna dari setiap perilaku nonverbal. Perilaku nonverbal yang sama mungkin mengkomunikasikan makna yang berbeda dalam konteks yang berbeda. Mengedipkan mata kepada seorang wanita cantik dalam bis kota mempunyai makna yang berbeda dengan mengedipkan mata di mejo poker. Begitu pula, makna perilaku nonverbal tertentu akan berbeda bergantung pada perilaku verbal yang menyertainya. Memukul meja dalam suatu pidato untuk menekankan hal tertentu sangat berbeda dengan memukul meja ketika mendengar berita kematian seseorang.
5. Paket
Perilaku nonverbal, apakah menggunakan tangan, mata, atau otot tubuh, biasanya terjadi dalam bentuk “paket”, atau tandan (cluster). Seringkali perilaku seperti ini saling memperkuat; masing-masing pada pokoknya mengkomunikasikan makna yang sama, Adakalanya, perilaku ini bertentangan satu sama lain.
Paket Nonverbal. Semua bagian tubuh biasanya bekerja bersama untuk mengkomunikasikan makna tertentu. Seseorang tidak menyatakan rasa takut dengan matanya sementara bagian tubuh yang lain bersikap santai seperti tidur. Sebaliknyalah, keseluruhan tubuh mengekspresikan emosi ini. Sebelum dapat menerka sembarang perilaku nonverbal, adalah perlu melihat keseluruhan paket atau tandan (cluster) di mana perilaku tersebut merupakan bagiannya. Perlu kiranya melihat bagaimana paket ini berkaitan dengan konteks tertentu dan bagaimana setiap perilaku spesifik dengan paket itu. Seorang gadis cantik yang mengedipkan mata ke arah seseorang mungkin mengisyaratkan undangan bagi orang tersebut; tetapi, jangan abaikan kemungkinan bahwa lensa kontaknya tidak terpasang dengan baik. Pada umumnya kita tidak banyak menaruh perhatian pada sifat paket dari komunikasi nonverbal, yang kelihatan begitu wajar sehingga berlalu begitu saja tanpda disadari. Tetapi, bila ada inkonsistensi, barulah kita memperhatikannya.
Paket Verbal dan Nonverbal
Komunikasi nonverbal juga terpaket dengan pesan verbal yang menyertainya. Bila seseorang menunjukkan rasa marah secara verbal, tubuh dan wajahnya menegang, dahinya berkerut, dan mungkin menunjukkan sikap sial berkelahi. Sekali lagi, kita seringkali tidak memperhatikan hal ini karena ini sepertinya wajar saja. Tetapi bila pesan nonverbal dari sosok atau wajah seseorang bertentangan dengan pesan verbalnya, kita menaruh perhatian khusus. Ambillah contoh, misalnya, seorang yang mengatakan, “Saya sangat senang berjumpa denganmu,” tetapi menghindari kontak mata langsung dan melihat-lihat ke sekelilingnya seakan-akan mencari orang lain. Orang ini mengirimkan pesan yang bertentangan.
6. Dapat dipercaya (Believeable)
Biasanya perilaku verbal dan nonverbal konsisten. Jadi, bila seseorang berdusta secara verbal, maka juga mencoba berdusta secara nonvebal. Namun demikian, baik perilaku verbal maupun nonverbal seseorang seringkali mengkhianati dirinya. Para periset perilaku nonverbal telah mengidentifikasi sejumlah perilaku yang seringkali menyertai penipuan (deception). Umumnya, seorang pembohong kurang banyak bergerak ketimbang orang yang mengatakan yang sebenarnya. Pembohong berbicara lebih lambat dan membuat lebih banyak kesalahan bicara. Indikator terbaik kebohongan. Jangan lupa bahwa baik perilaku nonverbal maupun verbal harus ditafsirkan sebagai bagian dari konteks tempat itu terjadi. Gunakanlah perilaku ini sebagai hipotesis mengenai kebohongan dan bukan sebagai kesimpulan yang kuat.Umumnya, seorang pembohong kurang banyak bergerak ketimbang orang yang mengatakan yang sebenarnya. Pembohong berbicara lebih lambat dan membuat lebih banyak kesalahan bicara. Indikator terbaik kebohongan. Jangan lupa bahwa baik perilaku nonverbal maupun verbal harus ditafsirkan sebagai bagian dari konteks tempat itu terjadi. Gunakanlah perilaku ini sebagai hipotesis mengenai kebohongan dan bukan sebagai kesimpulan yang kuat.
7. Dikendalikan oleh Aturan
Komunikasi nonverbal, seperti halnya komunikasi verbal, dikendalikan oleh aturan (rule-goverbed). Sebagai anak-anak, seseorang belajar kaidah-kaidah kepatutan sebagian besar melalui pengataman perilaku orang dewasa. Sebagai contoh, seseorang mempelajari bagaimana mengutarakan simpati serta aturan-aturan budaya mengenai mengapa, di mana, dan kapan mengutarakan simpati. Seseorang belajar bahwa menyentuh seseorang dibolehkan pada situasi tertentu tetapi tidak dibolehkan dalam situasi yang lain, dan belajar macam sentuhan apa yang boleh dan mana yang tidak.
Beberapa di antara aturan ini, yang dinyatakan lebih secara informal, mengatakan bahwa orang dari status yang lebih rendah tidak boleh mendahului menyentuh orang yang statusnya lebih tinggi, tetapi orang yang statusnya lebih tinggi boleh mendahului menyentuh orang yang statusnya lebih rendah. Aturan lain adalah bahwa kaum wanita boleh saling menyentuh sesamanya di depan umum. Sebagai contoh, mereka boleh saling memegang tangan, berjalan bergandengan tangan, saling berpelukan, dan bahkan berdansa bersama. Kaum pria tidak boleh melakukan ini, setidak‑tidaknya tanpa menghadapi kritik sosial.Seseorang belajar bahwa menyentuh seseorang dibolehkan pada situasi tertentu tetapi tidak dibolehkan dalam situasi yang lain, dan belajar macam sentuhan apa yang boleh dan mana yang tidak.
Beberapa di antara aturan ini, yang dinyatakan lebih secara informal, mengatakan bahwa orang dari status yang lebih rendah tidak boleh mendahului menyentuh orang yang statusnya lebih tinggi, tetapi orang yang statusnya lebih tinggi boleh mendahului menyentuh orang yang statusnya lebih rendah. Aturan lain adalah bahwa kaum wanita boleh saling menyentuh sesamanya di depan umum. Sebagai contoh, mereka boleh saling memegang tangan, berjalan bergandengan tangan, saling berpelukan, dan bahkan berdansa bersama. Kaum pria tidak boleh melakukan ini, setidak‑tidaknya tanpa menghadapi kritik sosial.
8. Metakomunikasi
Perilaku nonverbal seringkali bersifat metakomunikasi. Contoh yang jelas adalah menyilangkan jari di balik punggung bila berdusta. Bila membuat pernyataan dan mengedipkan mata, kedipan mata ini mengomentari pernyataan verbal itu. Pada hari pertama kuliah, dosen masuk ke kelas dan mengatakan sesuatu yang memberitahu bahwa ia adalah dosen untuk mata kuliah ini. la mulai menjelaskan bagaimana kuliah akan diselenggarakan, apa yang menjadi persyaratan, dan apa tujuannya. Tetapi, perhatikanlah bahwa banyak metakomunikasi juga berlangsung. Busana yang dikenakan dosen dan bagaimana ia mengenakannya, panjang dan gaya rambutnya, penampilan fisiknya secara umum, caranya berjalan, serta nada suaranya semua berkomunikasi tentang komunikasi, selain juga tentu saja, mengkomunikasikan dirinya sendiri. Berdasarkan petunjuk‑petunjuk ini, para mahasiswa akan sampai pada berbagai kesimpulan. Mereka mungkin menyimpulkan bahwa kelas ini akan menyenangkan, atau membosankan, atau terlalu tinggi, atau tidak relevan.
FUNGSI KOMUNIKASI NONVERBAL
Ada lima fungsi komunikasi non verbal :
Mengulang (Repeating)
Mengulang kembali gagasan yang sudah disajikan secara verbal. Misalnya :
Saya menggelengkan kepala untuk mengulangi pesan verbal “Saya tidak mau.”
Saya menggerakkan kepala atau tangan untuk mengulangi pesan verbal “Ayo kita pergi.”
Melengkapi (Complementing)
Melengkapi pesan yang sudah dikomunikasikan secara verbal. Misalnya :
Saya tersenyum ketika menceritakan kisah lucu.
Saya menggelengkan kepala ketika menceritakan ketidakjujuran seseorang.
Mengganti (Substituting)
Menggantikan pesan verbal. Misalnya :
Saya menggelengkan kepala untuk menggantikan kata “tidak”.
Saya mengacungkan jempol untuk menggantikan kata “oke”.
Mengatur (Regulating)
Mengatur arus pesan verbal dengan menggunakan gerak-gerik nonverbal. Misalnya :
Saya mengangkat tangan untuk memperlihatkan bahwa saya belum selesai bicara.
Saya mengerutkan bibir untuk menunjukkan bahwa saya ingin mengatakan sesuatu.
Menunjukkan kontradiksi (Contradicting)
Mempertentangkan pesan verbal kita dengan gerakan nonverbal dengan sengaja. Misalnya :
Saya mencibirkan bibir saat memuji prestasi teman sambil berkata, “Kamu memang hebat”.
Saya menggaruk-garuk kepala saat menjawab pertanyaan guru mengapa saya tidak masuk sekolah, sambil berkata “Saya sakit, Bu.”
KETERBATASAN DALAM KOMUNIKASI NONVERBAL
Maksud dari keterbatasan adalah bahwa komunikasi nonverbal masih dapat dilakukan hanya saja dilakukannya tidak optimal karena adanya batasan-batasan atau kekurangan dari komunikasi nonverbal.
KETERBATASAN KOMUNIKASI NON VERBAL
1. Sifat AMBIGUITAS
Ada banyak kemungkinan penafsiran terhadap setiap perilaku nonverbal. Seseorang tidak bisa memastikan bahwa orang lain mengerti makna dari perilaku nonverbal yang disampaikannya. Hal ini bukan hanya disebabkan karena adanya perbedaan budaya tetapi karena komunikasi nonverbal itu sendiri juga kontekstual. Keambiguitasan ini terlihat dalam contoh sebagai berikut :
Misalnya seseorang menyentuh paha samping anda di lift. Hal ini bisa berarti suatu ketidaksengajaan atau bisa juga berarti suatu tindakan pelecehan seksual. Dalam setiap melakukan komunikasi nonverbal, seseorang harus memperhatikan sifat ambiguitasnya dalam berinteraksi.
Contoh : Kalau ada orang yang sakit parah dan dia tiba-tiba mengeluarkan air mata maka bisa saja terjadi diartikan ambigu yaitu di satu sisi dia sedih atau terharu.
2. Keterikatannya dalam suatu budaya tertentu
Perilaku-perilaku yang memiliki makna khusus dalam satu budaya, akan mengekspresikan pesan-pesan yang berbeda dalam ikatan budaya yang lain. Misalnya, dalam budaya Jawa, menatap mata orang yang lebih tua ketika sedang berbicara, dianggap tidak sopan. Padahal dalam budaya Barat, bila tidak menatap lawan bicara, maka dianggap tidak menghargai/tidak sopan.
3. Perbedaan pengertian/pemahaman
Misalnya orang Batak sedang makan bersama kumpulan orang Jawa. Orang Batak terbiasa mengakhiri makannya dengan bersendawa kencang untuk menunjukkan bahwa dia puas dengan makanan yang dihidangkan oleh orang Jawa tersebut. Bagi orang Jawa, perilaku tersebut malah dianggap kurang sopan dan tidak menghargai mereka. Hal ini tentunya akan membuat orang Batak tersebut merasa bersalah atas perilakunya, yang ternyata memiliki perbedaan pengertian atau pemahaman bagi orang Jawa.
4. Komunikasi nonverbal tidak dapat dilakukan di ruangan yang terisolasi
Bila seseorang terisolasi, maka orang lain tidak dapat menerima pesan nonverbal yang disampaikannya.
Maksud disini ruangan yang terisolasi adalah bahwa ruangan tersebut tertutup rapat sama sekali, tidak bisa melakukan kontak face to face sama sekali, yang bisa dilakukan hanya kontak dengan menggunakan media misalnya kentungan, ketok-ketok, hp, dll.
KOMUNIKASI NON VERBAL DAN KEBUDAYAAN
Hubungan antara komunikasi nonverbal dan kebudayaan sangat erat karena keduanya dipelajari, diwariskan dan melibatkan pengertian-pengertian yang harus dimiliki bersama. Dilihat dari segi ini, dapat dimengerti mengapa komunikasi nonverbal dan kebudayaan tidak dapat dipisahkan satu sama lain.
Banyak perilaku nonverbal dipelajari secara kultural. Sebagaimana aspek verbal, komunikasi nonverbal juga tergantung atau ditentukan oleh kebudayaan, yaitu :
Kebudayaan menentukan perilaku-perilaku nonverbal yang mewakili atau melambangkan pemikiran, perasaan, keadaan tertentu dari komunikator.
Kebudayaan menentukan kapan waktu yang tepat atau layak untuk mengkomunikasikan pemikiran, perasaan, keadaan internal. Jadi walaupun perilaku-perilaku yang memperlihatkan emosi ini banyak yang bersifat universal, tetapi ada perbedaan-perbedaan kebudayaan dalam menentukan kapan, oleh siapa dan dimana emosi-emosi itu dapat diperlihatkan.
Pengenalan dan pemahaman tentang pengaruh kebudayaan pada interaksi nonverbal merupakan salah satu kunci keberhasilan dalam Komunikasi Antar Budaya, karena:
Dengan mengerti pola-pola dasar pengetahuan nonverbal dalam suatu kebudayaan, kita dapat mengetahui sikap-sikap dasar dari kebudayaan tersebut. Misalnya dengan memperhatikan tindak tanduk para pegawai pria Jepang dalam membuat pertemuan-pertemuan di restoran pada malam hari, seseorang dapat mempelajari sedikit tentang sikap mereka terhadap pekerjaan dan wanita.
Pola-pola perilaku nonverbal dapat memberikan informasi tentang sistem nilai suatu kebudayaan. Misalnya : tentang konsep waktu kebudayaan dengan orientasi pada “doing” (aktif melakukan sesuatu) seperti Amerika Serikat akan cenderung untuk menganggap situasi tanpa kata-kata sebagai membuang-buang waktu. Bagi kebudayaan dengan orientasi pada “being” (keberadaan), suasana hening dalam pembicaraan mempunyai nilai positif, karena penting untuk pemahaman diri dan kesadaran akan keadaan.
Pengetahuan tentang perilaku nonverbal dapat membantu untuk menekan rasa etnosentrisme. Misalnya : seseorang mungkin akan lebih memahami penggunaan jarak ruang oleh orang lain, jika orang tersebut sadar akan karakteristik-karakteristik kebudayaan yang mendasarinya, yang mencerminkan sesuatu tentang si pengguna dan kebudayaannya.
KLASIFIKASI KOMUNIKASI NON VERBAL
1. Body Behavior (Perilaku Badan)
General Appearance
Untuk memutuskan apakah akan memulai pembicaraan dengan orang lain, tidak jarang kita dipengaruhi oleh penampilan. Kadang-kadang kesimpulan tentang kecerdasan, status sosial, pekerjaan seseorang ditarik dari bagaimana ia menampilkan dirinya. Misalnya : cara berpakaian.
2. Body Movement (Gerakan badaniah) : Kinesics
Studi Kinesics mempelajari bagaimana isyarat-isyarat nonverbal baik yang sengaja maupun tidak, dapat mempengaruhi komunikasi. Misalnya : seseorang menunjukkan bahwa orang tersebut menyukai orang lain dengan menghadapkan badannya pada orang lain, bukan dengan mengelak. Juga mencondongkan badannya kepada orang lain menandakan sikap positif kepadanya atau bisa juga sikap agresif.
Setiap budaya memiliki bahasa tubuhnya sendiri. Anak-anak menyerap nuansa-nuansanya bersama-sama bahasa ucap. Seorang Perancis berbicara dengan cara bahasa Perancis. Seorang Amerika menggerakkan tubuhnya dengan cara bahasa Amerika. Beberapa perbedaan kebudayaan mungkin dengan mudah dapat dikenali namun ada juga yang sukar. Laki-laki dan wanita menggunakan bahasa tubuh dengan cara-cara yang khas maskulin dan khas feminim. Latar belakang etnis, kelas sosial, gaya pribadi dan lain-lain, ini semua akan mempengaruhi bahasa tubuh kita. Setiap budaya memiliki bahasa tubuhnya sendiri. Anak-anak menyerap nuansa-nuansanya bersama-sama bahasa ucap. Seorang Perancis berbicara dengan cara bahasa Perancis. Seorang Amerika menggerakkan tubuhnya dengan cara bahasa Amerika. Beberapa perbedaan kebudayaan mungkin dengan mudah dapat dikenali namun ada juga yang sukar. Laki-laki dan wanita menggunakan bahasa tubuh dengan cara-cara yang khas maskulin dan khas feminim. Latar belakang etnis, kelas sosial, gaya pribadi dan lain-lain, ini semua akan mempengaruhi bahasa tubuh kita.
3. Facial Expressions (Ekspresi Wajah)
Wajah seseorang bisa mengkomunikasi apa yang sebenarnya dirasakan atau dibutuhkan. Seseorang bisa mengkomunikasikan rasa cintanya, ketakutan, kegembiraan, kesedihan melalui wajahnya, apakah itu melalui mata, bibir, atau dahi. Wajah merupakan tempat utama dalam mengekspresikan emosi seseorang. Ini dapat terlihat dari jenis dan intensitas perubahan wajah seseorang. Mata seseorang terutama sangat efektif untuk mengindikasikan perhatian dan minat, mempengaruhi orang lain, mengatur interaksi dan membuat dominasi. Area wajah seseorang (mata, alis, muka, mulut dan pipi) mungkin lebih mampu mengkomunikasikan secara nonverbal daripada bagian badan lainnya. Seseorang bisa mengkomunikasikan rasa cintanya, ketakutan, kegembiraan, kesedihan melalui wajahnya, apakah itu melalui mata, bibir, atau dahi. Wajah merupakan tempat utama dalam mengekspresikan emosi seseorang. Ini dapat terlihat dari jenis dan intensitas perubahan wajah seseorang. Mata seseorang terutama sangat efektif untuk mengindikasikan perhatian dan minat, mempengaruhi orang lain, mengatur interaksi dan membuat dominasi. Area wajah seseorang (mata, alis, muka, mulut dan pipi) mungkin lebih mampu mengkomunikasikan secara nonverbal daripada bagian badan lainnya.
4. Eye Contact (Kontak Mata) and Gaze (Gerakan mata)
Komunikasi seseorang dapat menggunakan tatapan matanya. Apakah ia marah, cinta, atau sedih dapat diketahui dari tatapan matanya. Seringkali tatapan mata tidak dapat membohongi. Orang dengan dapat mudah menangkap suasana hati lawan bicaranya dengan melihat tatapan matanya. Kontak mata sebagai simbol komunikasi nonverbal mempengaruhi perilaku, kepercayaan dalam berkomunikasi
Empat fungsi utama gerakan mata menurut Mark Knapp :
5. Touch (Rabaan atau Sentuhan)
Kebudayaan mengajarkan pada anggota-anggotanya sejak kecil tentang siapa yang dapat diraba, bilamana dan di mana seseorang bisa diraba atau disentuh. Dalam banyak hal juga, kebudayaan mengajarkan bagaimana menafsirkan tindakan perabaan atau sentuhan.
Dalam hal berjabatan tangan juga ada variasi kebudayaannya. Di negara jerman orang berjabat tangan hampir pada setiap kali pertemuan, sehingga sedikit modifikasinya dari satu situasi ke situasi yang lain. Tetapi di AS, jabatan tangan lebih digunakan untuk menunjukkan perasaan, misalnya jabatan tangan yang kuat, lemah, atau sensual.
Setiap kebudayaan juga memberikan batasan pada bagian-bagian mana dari badan yang dapat disentuh, dan mana yang dapat diraba. Misalnya, di Indonesia umumnya, kepala dianggap badan yang terhormat, karenanya tidak sopan untuk disentuh atau disenggol oleh orang lain apalagi oleh orang yang belum dikenal.
Orang Arab sebaliknya, akan merasa sangat tersinggung bila bagian kedukannya dipegang, sedangkan kepala tidak apa-apa. Dalam banyak hal juga, kebudayaan mengajarkan bagaimana menafsirkan tindakan perabaan atau sentuhan.
Di negara jerman orang berjabat tangan hampir pada setiap kali pertemuan, sehingga sedikit modifikasinya dari satu situasi ke situasi yang lain. Tetapi di AS, jabatan tangan lebih digunakan untuk menunjukkan perasaan, misalnya jabatan tangan yang kuat, lemah, atau sensual.
Setiap kebudayaan juga memberikan batasan pada bagian-bagian mana dari badan yang dapat disentuh, dan mana yang dapat diraba. Misalnya, di Indonesia umumnya, kepala dianggap badan yang terhormat, karenanya tidak sopan untuk disentuh atau disenggol oleh orang lain apalagi oleh orang yang belum dikenal. Orang Arab sebaliknya, akan merasa sangat tersinggung bila bagian kedukannya dipegang, sedangkan kepala tidak apa-apa.
6. Smell (Penciuman)
Indera penciuman dapat berfungsi sebagai saluran untuk membangkitkan makna. Contoh yang melukiskan peranan penciuman dalam berbagai kebudayaan adalah sebagai berikut :
Di negara-negara yang penduduknya tidak terlalu banyak mengkonsumsi daging, ada anggapan bahwa orang-orang AS mengeluarkan bau yang tidak enak karena terlalu banyak makan daging. Persepsi mengenai bau memang berbeda antar satu kebudayaan dengan kebudayaan lain. Jika orang AS merupakan pencerminan dari kebudayaan yang anti bau, maka di beberapa negara Arab, prianya mengingingkan kaum wanitanya untuk mempunyai bau alam, yang dianggap sebagai perluasan dari pribadi individu.
7. Paralanguage
Paralanguage sesungguhnya termasuk dalam unsur-unsur linguistik, yaitu bagaimana atau cara sesuatu pesan diungkapkan dan bukan isi pesan itu sendiri. “Paralanguage” memberikan informasi mengenai informasi. Dalam bahasa tertulis antara lain penggunaan tanda-tanda, pengejaan, coretan, spasi antara kata, struktur kalimat, gaya penulisan, tulisan tangan, warna tinta. Semua itu dapat mempengaruhi reaksi atau penafsiran terhadap pesan.
Tingkat kerasnya suatu atau volume sering kali merupakan bagian dari gaya komunikasi suatu kebudayaan. Demikian juga dialek atau pola intonasi bahasa dapat menunjukkan karakteristik dari penduduk suatu daerah atau negara. Dalam Komunikasi Antar Budaya tidak sedikit terdapat kecenderungan untuk mengolok-olok pola-pola intonasi yang asing atau aneh. Bahkan sering terjadi bahwa dialek dapat menentukan sikap terhadap orang lain. Biasanya dialek yang lain dari apa yang dianggap sudah standar atau baku, akan memperoleh penilaian yang kurang.
8. Space and Distance (Ruang dan Jarak)
Cara kita menggunakan ruang jarak sering kali menyatakan kepada orang
lain sesuatu mengenai diri kita secara pribadi maupun kebudayaan. Aturan-aturan dan prosedur-prosedur yang menentukan ruang jarak dipelajari sebagai bagian dari masing-masing kebudayaan.
Untuk ruang, tidak saja ruang dalam ari fisik tetapi juga beserta furnitirenya/perabotan di dalam ruangannya.
Contoh penggunaan ruang jarak di kantor-kantor :
Orang Amerika Serikat lebih suka ada meja yang membatasi dirinya dengan orang lain. Dalam kebudayaan lainnya seperti Amerika Latin atau Israel, meja dianggap membatasi komunikasi, sehingga orang berusaha untuk mendekati pihak yang diajak berbicara. Orang Amerika Serikat lebih suka membiarkan pintu kamar kerjanya terbuka dan kalau ditutup berarti ada suatu rahasia atau hal yang serius yang dibicarakan. Sedangkan orang Jerman biasa menutup pintu kamar kerjanya dan kalau ada yang membuka atau masuk tanpa permisi, dianggap sangat kurang ajar. Orang Indonesia belajar untuk membuat batas tembok dengan orang lain, yaitu dengan cara bicara dalam nada rendah atau diam. Kebiasaan ini bagi orang Amerika Serikat dapat dianggap sebagai “silent treatment” yang menunjukkan bahwa orang yang bersangkutan sedang marah.
9. Time (Waktu)
Kebiasaan-kebiasaan bisa berbeda pada macam-macam kebudayaan dalam hal :
Persiapan berkomunikasi
Saat dimulainya komunikasi
Saat proses komunikasi berlangsung
Saat mengakhiri
10. Silence (Diam)
Diam bisa berarti juga sedang melakukan komunikasi. Seseorang dengan diam bisa saja ia mengkomunikasikan tidak ingin diganggu, atau sedang marah, sebel, benci, dan sebagainya. Dalam komunikasi di budaya Timur, diam bisa diartikan dengan beragam arti. Tanda-tanda nonverbal lainnya dapat memperkuat atau menjelaskan arti kondisi diam seseorang yang sebenarnya.
Komunikasi nonverbal sebagai bentuk komunikasi yang digunakan oleh manusia untuk mengadakan kontak dengan realitas lingkungannya, mempunyai persamaan komponen dengan komunikasi verbal, yakni sebagai berikut :
1. Menggunakan sistem lambang atau simbol;
2. Merupakan sesuatu yang dihasilkan oleh individu manusia;
3. Orang lain juga memberikan arti pada simbol yang dihasilkan tadi.
Berarti di sini telah terjadi suatu proses saling memberikan arti pada simbol-simbol yang disampaikan antara individu-individu yang berhubungan.
Komunikasi merupakan proses penggunaan tanda-tanda dan simbol-simbol yang mendatangkan makna bagi orang atau orang-orang lain. Dari pengertian komunikasi tersebut, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa :
Kelangsungan komunikasi tergantung pada macam-macam sistem tanda dan lambang yang digunakan.
Komunikasi dapat terjadi kalau makna simbol yang ada dalam diri seseorang juga mempunyai arti yang sama bagi orang lain dengan siapa ia berinteraksi.
Salah satu masalah yang paling sering terjadi dalam Komunikasi Antar Budaya adalah apabila terdapat perbedaan pemberian makna terhadap simbol.
Tanda dan simbol merupakan alat dan materi yang digunakan dalam interaksi.
Dalam komunikasi, pesan nonverbal yang berupa tanda dan simbol, memainkan peranan penting dalam kehidupan manusia, walaupun hal ini sering kali tidak kita disadari. Baik secara sadar maupun tidak sadar, dengan maksud maupun tidak dengan maksud, seseorang mengirim dan menerima pesan nonverbal. Bahkan seseorang membuat penilaian dan keputusan berdasarkan pesan nonverbal tersebut. Pesan atau perilaku nonverbal menyatakan pada seseorang bagaimana menginterprestasikan pesan-pesan lain yang terkandung didalamnya.
Dalam komunikasi, pesan nonverbal yang berupa tanda dan simbol, memainkan peranan penting dalam kehidupan manusia, walaupun hal ini sering kali tidak kita disadari. Baik secara sadar maupun tidak sadar, dengan maksud maupun tidak dengan maksud, seseorang mengirim dan menerima pesan nonverbal. Bahkan seseorang membuat penilaian dan keputusan berdasarkan pesan nonverbal tersebut. Pesan atau perilaku nonverbal menyatakan pada seseorang bagaimana menginterprestasikan pesan-pesan lain yang terkandung didalamnya.
Proses nonverbal yang ada dalam setiap negara di dunia dan di antara macam-macam kelompok dalam masing-masing negara. Pentingnya komunikasi nonverbal adalah sebagai berikut :
1. Menentukan makna dalam komunikasi interpersonal.
Komunikasi nonverbal akan lebih mempertegas atau lebih memberikan makna mengenai komunikasi verbal yang terjadi.
2. Menyampaikan perasaan dan emosi lebih cermat.
Dengan melakukan komunikasi nonverbal maka kita dapat mengekspresikan emosi kita sehinggga lawan bicara kita mengeathui bagaimana emosi dan perasaan kita saat terjadinya komunikasi tesebut, yang akhirnya terjadi komunikasi yang efektif.
3. Menyampaikan makna dan maksud yang relatif bebas dari penipuan, distorsi dan kerancuan
4. Berfungsi metakomunikatif yang sangat diperlukan untuk mencapai komunikasi yang berkualitas tinggi
5. Merupakan cara komunikasi yang lebih efisien.
Maksudnya bukan berarti bahwa komunikasi nonverbal lebih efisien dibandingkan dengan komunikasi verbal. Dalam melihat point ini harus juga dikaitkan dnegan situasi dan kondisi saat komunikasi itu terjadi.
Contoh : ketika di tengah kerumunan massa maka komunikasi nonverbal (dengan melambaikan tangan atau tepuk tangan) lebih efisien dibandingkan dnegan komunikasi verbal (missal teriak).
Merupakan sarana sugesti yang paling tepat
PENGERTIAN KOMUNIKASI NON VERBAL
Komunikasi nonverbal merupakan bentuk komunikasi yang tidak menggunakan kata-kata, baik lisan maupun tulisan. Komunikasi nonverbal menggunakan tanda-tanda melalui tubuh, meliputi gerak tubuh, ekspresi muka, nada suara.
Contoh, ekspresi muka seseorang bisa membedakan apakah ia sedang marah, murung atau menghadapi ketakutan.
Bentuk-bentuk komunikasi nonverbal yang terjadi tidak harus hanya gerak tubuh saja tetapi bisa dilihat dari bentuk-bentuik komunikasi nonverbal yang lainnya seperti ekspresi muka atau nada suara.
Sehingga dapat dikatakan bahwa apabila terjadi komunikasi maka bisa saja bentuk-bentuk komunikasi nonverbal terjadi, bisa 1 bentuk saja atau lebih dari 1 bentuk komunikasi nonverbal.
Komunikasi nonverbal akan menunjang komunikasi verbal. Komunikasi nonverbal merupakan bentuk komunikasi yang tidak menggunakan kata-kata, baik lisan maupun tulisan. Komunikasi nonverbal menggunakan tanda-tanda melalui tubuh, meliputi gerak tubuh, ekspresi muka, nada suara. Sebagai contoh, ekspresi muka seseorang bisa membedakan apakah ia sedang marah, murung atau menghadapi ketakutan. Bentuk-bentuk komunikasi nonverbal yang terjadi tidak harus hanya gerak tubuh saja tetapi bisa dilihat dari bentuk-bentuik komunikasi nonverbal yang lainnya seperti ekspresi muka atau nada suara.
Sehingga dapat dikatakan bahwa apabila terjadi komunikasi maka bisa saja bentuk-bentuk komunikasi nonverbal terjadi, bisa 1 bentuk saja atau lebih dari 1 bentuk komunikasi nonverbal.
CIRI-CIRI KOMUNIKASI NONVERBAL
1. Komunikatif
Perilaku nonverbal dalam suatu situasi interaksi selalu mengkomunikasikan sesuatu. Ini berlaku untuk semua bentuk komunikasi, khususnya untuk komunikasi nonverbal. Manusia tidak mungkin tidak bertingkah laku, dan karenanya, tidak mungkin tidak mengkomunikasikan sesuatu. Apa pun yang manusia lakukan atau tidak dilakukan, dan apakah tindak tanduknya disengaja atau tidak disengaja, perilaku nonverbal manusia mengkomunikasikan sesuatu. Selanjutnya, pesan-pesan ini bisa diterima secara sadar ataupun tak sadar. Duduk diam di sudut kelas dan membaca sebuah buku mengkomunikasikan sesuatu kepada orang lain sepasti verbalisasi. Memandang hampa ke luar jendela selama guru mengajar mengkomunikasikan isyarat kepada sang guru bahwa anda mengatakan “Saya jemu.” Tetapi, sadarilah perbedaan penting antara pernyataan nonverbal dan pernyataan verbal. Mahasiswa yang memandang keluar jendela ketika gurunya bertanya “Mengapa kamu jemu?” selalu dapat mengelak dengan mengatakan bahwa ia tiba-tiba tertarik oleh sesuatu di luar.
2. Kesamaan Perilaku
Satu cara yang sering digunakan untuk menyimpulkan apakah dua orang saling menyukai adalah kesamaan perilaku (behavioral synchrony). Istilah ini mengacu pada kesamaan perilaku nonverbal dua orang, yang mungkin mempunyai banyak bentuk. Salah satu mungkin meniru yang lain, atau kedua orang ini secara spontan berperilaku sama. Kita dapat melihat kesamaan perilaku dalam gerak-gerik tubuh secara umum serta gerakan tangan selain juga sikap-sikap yang lain (misalnya, dua orang duduk atau berdiri dengan cara yang sama, atau merokok dengan gaya yang bermiripan) dan pada suara (misalnya, dua orang yang sangat mirip dalam pola bicara, kekerasan suara, atau cara diamnya). Pada umumnya, kesamaan perilaku merupakan indeks dari rasa saling menyukai.
3. Komunikasi Artifaktual
Banyak pesan nonverbal dikomunikasikan melaui cara berpakaian dan artifak-artifak lain. Perhiasan, tata rias wajah, kancing, alat tulis yang digunakan, mobil yang dikendarai, rumah yang diami, perabot rumah yang dimiliki serta cara penataannya, besar dan lokasi kantor, dan nyatanya, hampir setiap benda yang berkaitan dengan manusia, juga mengkomunikasikan makna. Arloji Rolex dan Timex keduanya mungkin memberikan informasi tentang waktu yang sama dan benar, tetapi keduanya mengkomunikasikan hal yang berbeda tentang pemakainya.
4. Kontekstual
Seperti halnya komunikasi verbal, komunikasi nonverbal terjadi dalam suatu konteks (situasi, lingkungan), dan konteks tersebut membantu untuk menentukan makna dari setiap perilaku nonverbal. Perilaku nonverbal yang sama mungkin mengkomunikasikan makna yang berbeda dalam konteks yang berbeda. Mengedipkan mata kepada seorang wanita cantik dalam bis kota mempunyai makna yang berbeda dengan mengedipkan mata di mejo poker. Begitu pula, makna perilaku nonverbal tertentu akan berbeda bergantung pada perilaku verbal yang menyertainya. Memukul meja dalam suatu pidato untuk menekankan hal tertentu sangat berbeda dengan memukul meja ketika mendengar berita kematian seseorang.
5. Paket
Perilaku nonverbal, apakah menggunakan tangan, mata, atau otot tubuh, biasanya terjadi dalam bentuk “paket”, atau tandan (cluster). Seringkali perilaku seperti ini saling memperkuat; masing-masing pada pokoknya mengkomunikasikan makna yang sama, Adakalanya, perilaku ini bertentangan satu sama lain.
Paket Nonverbal. Semua bagian tubuh biasanya bekerja bersama untuk mengkomunikasikan makna tertentu. Seseorang tidak menyatakan rasa takut dengan matanya sementara bagian tubuh yang lain bersikap santai seperti tidur. Sebaliknyalah, keseluruhan tubuh mengekspresikan emosi ini. Sebelum dapat menerka sembarang perilaku nonverbal, adalah perlu melihat keseluruhan paket atau tandan (cluster) di mana perilaku tersebut merupakan bagiannya. Perlu kiranya melihat bagaimana paket ini berkaitan dengan konteks tertentu dan bagaimana setiap perilaku spesifik dengan paket itu. Seorang gadis cantik yang mengedipkan mata ke arah seseorang mungkin mengisyaratkan undangan bagi orang tersebut; tetapi, jangan abaikan kemungkinan bahwa lensa kontaknya tidak terpasang dengan baik. Pada umumnya kita tidak banyak menaruh perhatian pada sifat paket dari komunikasi nonverbal, yang kelihatan begitu wajar sehingga berlalu begitu saja tanpda disadari. Tetapi, bila ada inkonsistensi, barulah kita memperhatikannya.
Paket Verbal dan Nonverbal
Komunikasi nonverbal juga terpaket dengan pesan verbal yang menyertainya. Bila seseorang menunjukkan rasa marah secara verbal, tubuh dan wajahnya menegang, dahinya berkerut, dan mungkin menunjukkan sikap sial berkelahi. Sekali lagi, kita seringkali tidak memperhatikan hal ini karena ini sepertinya wajar saja. Tetapi bila pesan nonverbal dari sosok atau wajah seseorang bertentangan dengan pesan verbalnya, kita menaruh perhatian khusus. Ambillah contoh, misalnya, seorang yang mengatakan, “Saya sangat senang berjumpa denganmu,” tetapi menghindari kontak mata langsung dan melihat-lihat ke sekelilingnya seakan-akan mencari orang lain. Orang ini mengirimkan pesan yang bertentangan.
6. Dapat dipercaya (Believeable)
Biasanya perilaku verbal dan nonverbal konsisten. Jadi, bila seseorang berdusta secara verbal, maka juga mencoba berdusta secara nonvebal. Namun demikian, baik perilaku verbal maupun nonverbal seseorang seringkali mengkhianati dirinya. Para periset perilaku nonverbal telah mengidentifikasi sejumlah perilaku yang seringkali menyertai penipuan (deception). Umumnya, seorang pembohong kurang banyak bergerak ketimbang orang yang mengatakan yang sebenarnya. Pembohong berbicara lebih lambat dan membuat lebih banyak kesalahan bicara. Indikator terbaik kebohongan. Jangan lupa bahwa baik perilaku nonverbal maupun verbal harus ditafsirkan sebagai bagian dari konteks tempat itu terjadi. Gunakanlah perilaku ini sebagai hipotesis mengenai kebohongan dan bukan sebagai kesimpulan yang kuat.Umumnya, seorang pembohong kurang banyak bergerak ketimbang orang yang mengatakan yang sebenarnya. Pembohong berbicara lebih lambat dan membuat lebih banyak kesalahan bicara. Indikator terbaik kebohongan. Jangan lupa bahwa baik perilaku nonverbal maupun verbal harus ditafsirkan sebagai bagian dari konteks tempat itu terjadi. Gunakanlah perilaku ini sebagai hipotesis mengenai kebohongan dan bukan sebagai kesimpulan yang kuat.
7. Dikendalikan oleh Aturan
Komunikasi nonverbal, seperti halnya komunikasi verbal, dikendalikan oleh aturan (rule-goverbed). Sebagai anak-anak, seseorang belajar kaidah-kaidah kepatutan sebagian besar melalui pengataman perilaku orang dewasa. Sebagai contoh, seseorang mempelajari bagaimana mengutarakan simpati serta aturan-aturan budaya mengenai mengapa, di mana, dan kapan mengutarakan simpati. Seseorang belajar bahwa menyentuh seseorang dibolehkan pada situasi tertentu tetapi tidak dibolehkan dalam situasi yang lain, dan belajar macam sentuhan apa yang boleh dan mana yang tidak.
Beberapa di antara aturan ini, yang dinyatakan lebih secara informal, mengatakan bahwa orang dari status yang lebih rendah tidak boleh mendahului menyentuh orang yang statusnya lebih tinggi, tetapi orang yang statusnya lebih tinggi boleh mendahului menyentuh orang yang statusnya lebih rendah. Aturan lain adalah bahwa kaum wanita boleh saling menyentuh sesamanya di depan umum. Sebagai contoh, mereka boleh saling memegang tangan, berjalan bergandengan tangan, saling berpelukan, dan bahkan berdansa bersama. Kaum pria tidak boleh melakukan ini, setidak‑tidaknya tanpa menghadapi kritik sosial.Seseorang belajar bahwa menyentuh seseorang dibolehkan pada situasi tertentu tetapi tidak dibolehkan dalam situasi yang lain, dan belajar macam sentuhan apa yang boleh dan mana yang tidak.
Beberapa di antara aturan ini, yang dinyatakan lebih secara informal, mengatakan bahwa orang dari status yang lebih rendah tidak boleh mendahului menyentuh orang yang statusnya lebih tinggi, tetapi orang yang statusnya lebih tinggi boleh mendahului menyentuh orang yang statusnya lebih rendah. Aturan lain adalah bahwa kaum wanita boleh saling menyentuh sesamanya di depan umum. Sebagai contoh, mereka boleh saling memegang tangan, berjalan bergandengan tangan, saling berpelukan, dan bahkan berdansa bersama. Kaum pria tidak boleh melakukan ini, setidak‑tidaknya tanpa menghadapi kritik sosial.
8. Metakomunikasi
Perilaku nonverbal seringkali bersifat metakomunikasi. Contoh yang jelas adalah menyilangkan jari di balik punggung bila berdusta. Bila membuat pernyataan dan mengedipkan mata, kedipan mata ini mengomentari pernyataan verbal itu. Pada hari pertama kuliah, dosen masuk ke kelas dan mengatakan sesuatu yang memberitahu bahwa ia adalah dosen untuk mata kuliah ini. la mulai menjelaskan bagaimana kuliah akan diselenggarakan, apa yang menjadi persyaratan, dan apa tujuannya. Tetapi, perhatikanlah bahwa banyak metakomunikasi juga berlangsung. Busana yang dikenakan dosen dan bagaimana ia mengenakannya, panjang dan gaya rambutnya, penampilan fisiknya secara umum, caranya berjalan, serta nada suaranya semua berkomunikasi tentang komunikasi, selain juga tentu saja, mengkomunikasikan dirinya sendiri. Berdasarkan petunjuk‑petunjuk ini, para mahasiswa akan sampai pada berbagai kesimpulan. Mereka mungkin menyimpulkan bahwa kelas ini akan menyenangkan, atau membosankan, atau terlalu tinggi, atau tidak relevan.
FUNGSI KOMUNIKASI NONVERBAL
Ada lima fungsi komunikasi non verbal :
Mengulang (Repeating)
Mengulang kembali gagasan yang sudah disajikan secara verbal. Misalnya :
Saya menggelengkan kepala untuk mengulangi pesan verbal “Saya tidak mau.”
Saya menggerakkan kepala atau tangan untuk mengulangi pesan verbal “Ayo kita pergi.”
Melengkapi (Complementing)
Melengkapi pesan yang sudah dikomunikasikan secara verbal. Misalnya :
Saya tersenyum ketika menceritakan kisah lucu.
Saya menggelengkan kepala ketika menceritakan ketidakjujuran seseorang.
Mengganti (Substituting)
Menggantikan pesan verbal. Misalnya :
Saya menggelengkan kepala untuk menggantikan kata “tidak”.
Saya mengacungkan jempol untuk menggantikan kata “oke”.
Mengatur (Regulating)
Mengatur arus pesan verbal dengan menggunakan gerak-gerik nonverbal. Misalnya :
Saya mengangkat tangan untuk memperlihatkan bahwa saya belum selesai bicara.
Saya mengerutkan bibir untuk menunjukkan bahwa saya ingin mengatakan sesuatu.
Menunjukkan kontradiksi (Contradicting)
Mempertentangkan pesan verbal kita dengan gerakan nonverbal dengan sengaja. Misalnya :
Saya mencibirkan bibir saat memuji prestasi teman sambil berkata, “Kamu memang hebat”.
Saya menggaruk-garuk kepala saat menjawab pertanyaan guru mengapa saya tidak masuk sekolah, sambil berkata “Saya sakit, Bu.”
KETERBATASAN DALAM KOMUNIKASI NONVERBAL
Maksud dari keterbatasan adalah bahwa komunikasi nonverbal masih dapat dilakukan hanya saja dilakukannya tidak optimal karena adanya batasan-batasan atau kekurangan dari komunikasi nonverbal.
KETERBATASAN KOMUNIKASI NON VERBAL
1. Sifat AMBIGUITAS
Ada banyak kemungkinan penafsiran terhadap setiap perilaku nonverbal. Seseorang tidak bisa memastikan bahwa orang lain mengerti makna dari perilaku nonverbal yang disampaikannya. Hal ini bukan hanya disebabkan karena adanya perbedaan budaya tetapi karena komunikasi nonverbal itu sendiri juga kontekstual. Keambiguitasan ini terlihat dalam contoh sebagai berikut :
Misalnya seseorang menyentuh paha samping anda di lift. Hal ini bisa berarti suatu ketidaksengajaan atau bisa juga berarti suatu tindakan pelecehan seksual. Dalam setiap melakukan komunikasi nonverbal, seseorang harus memperhatikan sifat ambiguitasnya dalam berinteraksi.
Contoh : Kalau ada orang yang sakit parah dan dia tiba-tiba mengeluarkan air mata maka bisa saja terjadi diartikan ambigu yaitu di satu sisi dia sedih atau terharu.
2. Keterikatannya dalam suatu budaya tertentu
Perilaku-perilaku yang memiliki makna khusus dalam satu budaya, akan mengekspresikan pesan-pesan yang berbeda dalam ikatan budaya yang lain. Misalnya, dalam budaya Jawa, menatap mata orang yang lebih tua ketika sedang berbicara, dianggap tidak sopan. Padahal dalam budaya Barat, bila tidak menatap lawan bicara, maka dianggap tidak menghargai/tidak sopan.
3. Perbedaan pengertian/pemahaman
Misalnya orang Batak sedang makan bersama kumpulan orang Jawa. Orang Batak terbiasa mengakhiri makannya dengan bersendawa kencang untuk menunjukkan bahwa dia puas dengan makanan yang dihidangkan oleh orang Jawa tersebut. Bagi orang Jawa, perilaku tersebut malah dianggap kurang sopan dan tidak menghargai mereka. Hal ini tentunya akan membuat orang Batak tersebut merasa bersalah atas perilakunya, yang ternyata memiliki perbedaan pengertian atau pemahaman bagi orang Jawa.
4. Komunikasi nonverbal tidak dapat dilakukan di ruangan yang terisolasi
Bila seseorang terisolasi, maka orang lain tidak dapat menerima pesan nonverbal yang disampaikannya.
Maksud disini ruangan yang terisolasi adalah bahwa ruangan tersebut tertutup rapat sama sekali, tidak bisa melakukan kontak face to face sama sekali, yang bisa dilakukan hanya kontak dengan menggunakan media misalnya kentungan, ketok-ketok, hp, dll.
KOMUNIKASI NON VERBAL DAN KEBUDAYAAN
Hubungan antara komunikasi nonverbal dan kebudayaan sangat erat karena keduanya dipelajari, diwariskan dan melibatkan pengertian-pengertian yang harus dimiliki bersama. Dilihat dari segi ini, dapat dimengerti mengapa komunikasi nonverbal dan kebudayaan tidak dapat dipisahkan satu sama lain.
Banyak perilaku nonverbal dipelajari secara kultural. Sebagaimana aspek verbal, komunikasi nonverbal juga tergantung atau ditentukan oleh kebudayaan, yaitu :
Kebudayaan menentukan perilaku-perilaku nonverbal yang mewakili atau melambangkan pemikiran, perasaan, keadaan tertentu dari komunikator.
Kebudayaan menentukan kapan waktu yang tepat atau layak untuk mengkomunikasikan pemikiran, perasaan, keadaan internal. Jadi walaupun perilaku-perilaku yang memperlihatkan emosi ini banyak yang bersifat universal, tetapi ada perbedaan-perbedaan kebudayaan dalam menentukan kapan, oleh siapa dan dimana emosi-emosi itu dapat diperlihatkan.
Pengenalan dan pemahaman tentang pengaruh kebudayaan pada interaksi nonverbal merupakan salah satu kunci keberhasilan dalam Komunikasi Antar Budaya, karena:
Dengan mengerti pola-pola dasar pengetahuan nonverbal dalam suatu kebudayaan, kita dapat mengetahui sikap-sikap dasar dari kebudayaan tersebut. Misalnya dengan memperhatikan tindak tanduk para pegawai pria Jepang dalam membuat pertemuan-pertemuan di restoran pada malam hari, seseorang dapat mempelajari sedikit tentang sikap mereka terhadap pekerjaan dan wanita.
Pola-pola perilaku nonverbal dapat memberikan informasi tentang sistem nilai suatu kebudayaan. Misalnya : tentang konsep waktu kebudayaan dengan orientasi pada “doing” (aktif melakukan sesuatu) seperti Amerika Serikat akan cenderung untuk menganggap situasi tanpa kata-kata sebagai membuang-buang waktu. Bagi kebudayaan dengan orientasi pada “being” (keberadaan), suasana hening dalam pembicaraan mempunyai nilai positif, karena penting untuk pemahaman diri dan kesadaran akan keadaan.
Pengetahuan tentang perilaku nonverbal dapat membantu untuk menekan rasa etnosentrisme. Misalnya : seseorang mungkin akan lebih memahami penggunaan jarak ruang oleh orang lain, jika orang tersebut sadar akan karakteristik-karakteristik kebudayaan yang mendasarinya, yang mencerminkan sesuatu tentang si pengguna dan kebudayaannya.
KLASIFIKASI KOMUNIKASI NON VERBAL
1. Body Behavior (Perilaku Badan)
General Appearance
Untuk memutuskan apakah akan memulai pembicaraan dengan orang lain, tidak jarang kita dipengaruhi oleh penampilan. Kadang-kadang kesimpulan tentang kecerdasan, status sosial, pekerjaan seseorang ditarik dari bagaimana ia menampilkan dirinya. Misalnya : cara berpakaian.
2. Body Movement (Gerakan badaniah) : Kinesics
Studi Kinesics mempelajari bagaimana isyarat-isyarat nonverbal baik yang sengaja maupun tidak, dapat mempengaruhi komunikasi. Misalnya : seseorang menunjukkan bahwa orang tersebut menyukai orang lain dengan menghadapkan badannya pada orang lain, bukan dengan mengelak. Juga mencondongkan badannya kepada orang lain menandakan sikap positif kepadanya atau bisa juga sikap agresif.
Setiap budaya memiliki bahasa tubuhnya sendiri. Anak-anak menyerap nuansa-nuansanya bersama-sama bahasa ucap. Seorang Perancis berbicara dengan cara bahasa Perancis. Seorang Amerika menggerakkan tubuhnya dengan cara bahasa Amerika. Beberapa perbedaan kebudayaan mungkin dengan mudah dapat dikenali namun ada juga yang sukar. Laki-laki dan wanita menggunakan bahasa tubuh dengan cara-cara yang khas maskulin dan khas feminim. Latar belakang etnis, kelas sosial, gaya pribadi dan lain-lain, ini semua akan mempengaruhi bahasa tubuh kita. Setiap budaya memiliki bahasa tubuhnya sendiri. Anak-anak menyerap nuansa-nuansanya bersama-sama bahasa ucap. Seorang Perancis berbicara dengan cara bahasa Perancis. Seorang Amerika menggerakkan tubuhnya dengan cara bahasa Amerika. Beberapa perbedaan kebudayaan mungkin dengan mudah dapat dikenali namun ada juga yang sukar. Laki-laki dan wanita menggunakan bahasa tubuh dengan cara-cara yang khas maskulin dan khas feminim. Latar belakang etnis, kelas sosial, gaya pribadi dan lain-lain, ini semua akan mempengaruhi bahasa tubuh kita.
3. Facial Expressions (Ekspresi Wajah)
Wajah seseorang bisa mengkomunikasi apa yang sebenarnya dirasakan atau dibutuhkan. Seseorang bisa mengkomunikasikan rasa cintanya, ketakutan, kegembiraan, kesedihan melalui wajahnya, apakah itu melalui mata, bibir, atau dahi. Wajah merupakan tempat utama dalam mengekspresikan emosi seseorang. Ini dapat terlihat dari jenis dan intensitas perubahan wajah seseorang. Mata seseorang terutama sangat efektif untuk mengindikasikan perhatian dan minat, mempengaruhi orang lain, mengatur interaksi dan membuat dominasi. Area wajah seseorang (mata, alis, muka, mulut dan pipi) mungkin lebih mampu mengkomunikasikan secara nonverbal daripada bagian badan lainnya. Seseorang bisa mengkomunikasikan rasa cintanya, ketakutan, kegembiraan, kesedihan melalui wajahnya, apakah itu melalui mata, bibir, atau dahi. Wajah merupakan tempat utama dalam mengekspresikan emosi seseorang. Ini dapat terlihat dari jenis dan intensitas perubahan wajah seseorang. Mata seseorang terutama sangat efektif untuk mengindikasikan perhatian dan minat, mempengaruhi orang lain, mengatur interaksi dan membuat dominasi. Area wajah seseorang (mata, alis, muka, mulut dan pipi) mungkin lebih mampu mengkomunikasikan secara nonverbal daripada bagian badan lainnya.
4. Eye Contact (Kontak Mata) and Gaze (Gerakan mata)
Komunikasi seseorang dapat menggunakan tatapan matanya. Apakah ia marah, cinta, atau sedih dapat diketahui dari tatapan matanya. Seringkali tatapan mata tidak dapat membohongi. Orang dengan dapat mudah menangkap suasana hati lawan bicaranya dengan melihat tatapan matanya. Kontak mata sebagai simbol komunikasi nonverbal mempengaruhi perilaku, kepercayaan dalam berkomunikasi
Empat fungsi utama gerakan mata menurut Mark Knapp :
- Untuk memperoleh umpan balik dari seorang lawan bicaranya.
- Untuk menyatakan terbukanya saluran komunikasi dengan tiba nya waktu untuk bicara.
- Sebagai signal untuk menyalurkan hubungan, dimana kontak mata akan meningkatkan frekuensi bagi orang yang saling memerlukan.
- Sebagai pengganti jarak fisik
5. Touch (Rabaan atau Sentuhan)
Kebudayaan mengajarkan pada anggota-anggotanya sejak kecil tentang siapa yang dapat diraba, bilamana dan di mana seseorang bisa diraba atau disentuh. Dalam banyak hal juga, kebudayaan mengajarkan bagaimana menafsirkan tindakan perabaan atau sentuhan.
Dalam hal berjabatan tangan juga ada variasi kebudayaannya. Di negara jerman orang berjabat tangan hampir pada setiap kali pertemuan, sehingga sedikit modifikasinya dari satu situasi ke situasi yang lain. Tetapi di AS, jabatan tangan lebih digunakan untuk menunjukkan perasaan, misalnya jabatan tangan yang kuat, lemah, atau sensual.
Setiap kebudayaan juga memberikan batasan pada bagian-bagian mana dari badan yang dapat disentuh, dan mana yang dapat diraba. Misalnya, di Indonesia umumnya, kepala dianggap badan yang terhormat, karenanya tidak sopan untuk disentuh atau disenggol oleh orang lain apalagi oleh orang yang belum dikenal.
Orang Arab sebaliknya, akan merasa sangat tersinggung bila bagian kedukannya dipegang, sedangkan kepala tidak apa-apa. Dalam banyak hal juga, kebudayaan mengajarkan bagaimana menafsirkan tindakan perabaan atau sentuhan.
Di negara jerman orang berjabat tangan hampir pada setiap kali pertemuan, sehingga sedikit modifikasinya dari satu situasi ke situasi yang lain. Tetapi di AS, jabatan tangan lebih digunakan untuk menunjukkan perasaan, misalnya jabatan tangan yang kuat, lemah, atau sensual.
Setiap kebudayaan juga memberikan batasan pada bagian-bagian mana dari badan yang dapat disentuh, dan mana yang dapat diraba. Misalnya, di Indonesia umumnya, kepala dianggap badan yang terhormat, karenanya tidak sopan untuk disentuh atau disenggol oleh orang lain apalagi oleh orang yang belum dikenal. Orang Arab sebaliknya, akan merasa sangat tersinggung bila bagian kedukannya dipegang, sedangkan kepala tidak apa-apa.
6. Smell (Penciuman)
Indera penciuman dapat berfungsi sebagai saluran untuk membangkitkan makna. Contoh yang melukiskan peranan penciuman dalam berbagai kebudayaan adalah sebagai berikut :
Di negara-negara yang penduduknya tidak terlalu banyak mengkonsumsi daging, ada anggapan bahwa orang-orang AS mengeluarkan bau yang tidak enak karena terlalu banyak makan daging. Persepsi mengenai bau memang berbeda antar satu kebudayaan dengan kebudayaan lain. Jika orang AS merupakan pencerminan dari kebudayaan yang anti bau, maka di beberapa negara Arab, prianya mengingingkan kaum wanitanya untuk mempunyai bau alam, yang dianggap sebagai perluasan dari pribadi individu.
7. Paralanguage
Paralanguage sesungguhnya termasuk dalam unsur-unsur linguistik, yaitu bagaimana atau cara sesuatu pesan diungkapkan dan bukan isi pesan itu sendiri. “Paralanguage” memberikan informasi mengenai informasi. Dalam bahasa tertulis antara lain penggunaan tanda-tanda, pengejaan, coretan, spasi antara kata, struktur kalimat, gaya penulisan, tulisan tangan, warna tinta. Semua itu dapat mempengaruhi reaksi atau penafsiran terhadap pesan.
Tingkat kerasnya suatu atau volume sering kali merupakan bagian dari gaya komunikasi suatu kebudayaan. Demikian juga dialek atau pola intonasi bahasa dapat menunjukkan karakteristik dari penduduk suatu daerah atau negara. Dalam Komunikasi Antar Budaya tidak sedikit terdapat kecenderungan untuk mengolok-olok pola-pola intonasi yang asing atau aneh. Bahkan sering terjadi bahwa dialek dapat menentukan sikap terhadap orang lain. Biasanya dialek yang lain dari apa yang dianggap sudah standar atau baku, akan memperoleh penilaian yang kurang.
8. Space and Distance (Ruang dan Jarak)
Cara kita menggunakan ruang jarak sering kali menyatakan kepada orang
lain sesuatu mengenai diri kita secara pribadi maupun kebudayaan. Aturan-aturan dan prosedur-prosedur yang menentukan ruang jarak dipelajari sebagai bagian dari masing-masing kebudayaan.
Untuk ruang, tidak saja ruang dalam ari fisik tetapi juga beserta furnitirenya/perabotan di dalam ruangannya.
Contoh penggunaan ruang jarak di kantor-kantor :
Orang Amerika Serikat lebih suka ada meja yang membatasi dirinya dengan orang lain. Dalam kebudayaan lainnya seperti Amerika Latin atau Israel, meja dianggap membatasi komunikasi, sehingga orang berusaha untuk mendekati pihak yang diajak berbicara. Orang Amerika Serikat lebih suka membiarkan pintu kamar kerjanya terbuka dan kalau ditutup berarti ada suatu rahasia atau hal yang serius yang dibicarakan. Sedangkan orang Jerman biasa menutup pintu kamar kerjanya dan kalau ada yang membuka atau masuk tanpa permisi, dianggap sangat kurang ajar. Orang Indonesia belajar untuk membuat batas tembok dengan orang lain, yaitu dengan cara bicara dalam nada rendah atau diam. Kebiasaan ini bagi orang Amerika Serikat dapat dianggap sebagai “silent treatment” yang menunjukkan bahwa orang yang bersangkutan sedang marah.
9. Time (Waktu)
Kebiasaan-kebiasaan bisa berbeda pada macam-macam kebudayaan dalam hal :
Persiapan berkomunikasi
Saat dimulainya komunikasi
Saat proses komunikasi berlangsung
Saat mengakhiri
10. Silence (Diam)
Diam bisa berarti juga sedang melakukan komunikasi. Seseorang dengan diam bisa saja ia mengkomunikasikan tidak ingin diganggu, atau sedang marah, sebel, benci, dan sebagainya. Dalam komunikasi di budaya Timur, diam bisa diartikan dengan beragam arti. Tanda-tanda nonverbal lainnya dapat memperkuat atau menjelaskan arti kondisi diam seseorang yang sebenarnya.
Persepsi
PENGERTIAN PERSEPSI
PERSEPSI adalah proses internal yang memungkinkan kita memilih/menseleksi, mengorganisasikan, mengevaluasi dan menafsirkan rangsangan dari lingkungan kita dan proses tersebut mempengaruhi perilaku kita termasuk tingkah laku komunikasi. Persepsi dipengaruhi dan mempengaruhi budaya.
Masalah bisa muncul karena stimuli yang sama seringkali dipersepsikan secara lain oleh individu-individu dan kelompok-kelompok yang berbeda.
Contoh : seseorang dihadapkan pada keharusan makan daging babi, apakah akan terbit air liurnya atau sebaliknya malah muntah-muntah.
Perilakunya akan sangat tergantung pada seberapa mendalam ia telah menginternalisasikan nilai-nilai dan sikap-sikap yang telah diajarkan oleh kebudayaannya.
Jika demikian, maka pertanyaannya sekarang adalah : bagaimana manusia membentuk persepsinya mengenai dunia luar dan bagaimana persepsinya itu mempengaruhi perilakunya ?
3 HAL YANG MEMPENGARUHI PERSEPSI
1. KEYAKINAN, NILAI, SIKAP
a. Keyakinan
Adalah satu anggapan bahwa satu objek/kejadian mempunyai karakteristik tertentu.
Adalah perkiraan secara subyektif bahwa suatu obyek atau peristiwa ada hubungannya dengan objek atau peristiwa lain.
Dalam keyakinan tidak ada yang benar atau salah.
Ada 3 macam keyakinan :
Keyakinan berdasarkan pengalaman (Experient belief)
keyakinan dapat terbentuk melalui pengalaman langsung.
Cont : menyentuh kompor panas --> meyakini peristiwa tersebut bahwa kompor dapat membakar jari-jari kita.
Keyakinan sedikit sekali kemungkinannya dipengaruhi oleh kebudayaan.
Cont : orang Eskimo tidak dapat diharapkan akan membentuk keyakinan pengalaman dengan onta.
Kebudayaan sangat mempengaruhi pembentukan keyakinan berdasarkan informasi dan pengambilan kesimpulan.
Melalui indra peraba, kita belajar untuk mengetahui dan kemudian meyakini bahwa objek atau peristiwa tertentu memiliki karakteristik tertentu.
Keyakinan berdasarkan informasi (Information belief)
keyakinan ini dibentuk melalui sumber-sumber luar seperti buku, majalah, orang lain, film, TV.
Sumber-sumber ini kita pilih karena keyakinan kita akan kebenarannya.
pembentukan keyakinan atas sumber-sumber ini karena otoritas (kewenangan ).
Latar belakang dan pengalaman kebudayaan sangat berperan dalam pembentukan keyakinan berdasarkan informasi.
Keyakinan berdasarkan penarikan kesimpulan (Inferensial belief)
keyakinan ini berkaitan dengan sistem logic/logika.
Pembentukannya dimulai dnegan pengamatan terhadap suatu tingkah laku atau peristiwa, kemudian perkiraan bahwa tingkah laku tersebut digerakkan atau disebabakan oleh suatu perasaan atau emosi tertentu.
Sistem logika intern berbeda antara satu individu dengan individu lain, tetapi perbedaan biasayanya lebih besar antara satu kebudayaan dnegan kebudayaan lain.
Keyakinan secara umum diartikan sebagai perkiraan secara subyektif bahwa sesuatu obyek atau peristiwa ada hubungannya dengan obyek atau peristiwa lain atau dnegan nilai, konsep, atribut tertentu. Singkatnya suatu obyek atau peristiwa diyakini memiliki karakteristik-karakteristik tertentu.
b. Nilai
Nilai merupakan aspek evaluatif dari sistem keyakinan, nilai dan sikap. Dimensi-dimensi evaluatif mencakup kualitas-kualitas seperti kegunaan, kebaikan, estetika, kemampuan memuaskan kebutuhan dan pemberian kepuasaan.
Nilai bisa bersifat unik dan individual, tetapi ada pula yang cenderung untuk merasuk dalam suatu kebudayaan, yakni yang disebut nilai-nilai kebudayaan.
Nilai kebudayaan biasanya berakar dari falsafah dasar secara keseluruhan dari suatu kebudayaan. Nilai-nilai ini umumnya bersifat normatif karena memberikan informasi pada anggota kebudayan tentang apa yang baik dan buruk, yang benar dan salah, yang positif dan negatif, apa yang perlu diperjuangakan dan dilindungi, dll.
Nilai-nilai ini dipelajari dan tidak universal, dalam arti berbeda antara kebudayaan yang satu dengan yang lain.
Nilai budaya dapat dikategorisasikan ke dalam tingkat-tingkat : primer, sekunder dan tertier. Atau dapat pula diklasifikasikan ke dalam : positif, negatif atau netral.
c. Sistem Sikap
Kepercayaan atau keyakinan serta nilai menyumbangkan pada atau melandasi perkembangan dan isi dari sistem sikap. Secara formal, sikap dirumuskan sebagai kecendrungan yang dipelajari untuk memberikan respons secara konsisten terhadap objek orientasi teretntu.
2. WORLD VIEW (PANDANGAN DUNIA)
Sebagai suatu konsep yang abstrak, sehingga sulit untuk mengidentifikasi secara jelas dalam suatu peristiwa antar budaya.
Adalah merupakan orientasi suatu kebudayaan terhadap hal-hal seperti Tuhan, manusia, alam semesta (dalam hal ini berkaitan dnegan konsep keberadaan /”being”).
Singkatnya, WV membantu menemukan tempat dan tingkat/level kita dalam alam semesta ini.
3. SOCIAL ORGANIZATIONAL
Organisasi sosial merupakan cara suatu kebudayaan mengatur diri dan pranata-pranatanya.
Ada 2 macam bentuk pengaturan soaila yang berkaitan dnegan komunikasi antar budaya :
a. Kebudayaan geografik yaitu negara, suku-bangsa, kasta, sekte keagamaan dan lain sebagianya yang dirumuskan berdasarkan batas-batas geografik.
b. Kebudayaan-kebudayaan peranan, yaitu keanggotaan dalam posisi-posisi soail yang jelas batasannya dan lebih spesifik, sehingga menghasilkan perilaku komunikasi yang khusus pula.
Beberapa unit-unit sosial yang dominan berpengaruh dalam sutau kebudayaan adalah keluarga, sekolah dan lembaga keagamaan. Institusi-institusi ini bertnaggung jawab dalam transmisi budaya dari satu generasi ke generasi lain dan pelestariannya. Kita semua merupakan anggota dari bermacam-macam institusi soail yaitu dari yang berjangka waktu lebih singkat seperti sekolah, sampai pekerjaan. Semua institusi ini mempunyai derajat pengaruh tertentu terhadap pembentukan diri dalam kebudayaan.
POKOK-POKOK PERSEPSI
Masing-masing individu mengadakan usaha untuk memahami lingkungan melalui pengembangan struktur, stabilitas dan makna bagi persepsinya.
1. STRUKTUR
Jika kita menutup mata, memalingkan muka dan kemudian membuka mata, kita akan langsung melihat lingkungan yang terstruktur dan terorganisir. Apa yang kita hadapi mempunyai ukuran, bentuk, tekstur, warna, intensitas dan lain-lain. Bayangan kita mengenai lingkungan merupakan hasil dari ke-giatan kita secara aktif memproses informasi, yang mencakup seleksi dan kategorisasi input/masukan. Kita mengembangkan kemampuan membentuk struktur ini dengan mempelajari katego-risasi-kategorisasi untuk memilah-milah stimulasi eksternal. Kategorisasi untuk mengklasifikasi lingkungan ini bisa lain-lain dari orang ke orang. Kategorisasi ini tergantung sada sejarah pengalaman dan pengetahuan kita- Walaupun ada beberapa kategori yang sifatnya universal, terutama dalam comunitas sosial tertentu. Misalnya : stimulan fisik yang akan ditranformasikan kedalam kategori "rumah", akan sangat berbeda antara orang Alaska dengan orang Arab yang tinggal di padang pasir.Obyek-obyek sosial dan fisik juga akan mempunyai struktur berbeda-beda, tergantung pada kebutuhan saat itu.Fungsi, misalnya, bisa. digunakan sebagai kategori. Dalam membeli pena, kita mempunyai kategori tertentu yang mencakup persyaratan khusus dalam warna, ukuran, bentuk, tinta, dan lain-lain. Tetapi kalau kita terburu-buru mau menulis, apapun yang kiranya dapat digunakan untuk menulis, bisa dimasukkan ke dalam kategori mempunyai fungsi sebagai alat menulis.
2. STABILITAS
Dunia persepsi kita yang terstruktur tadi mempunyai kelanggengan, dalam arti tidak selalu berubah-ubah. Melalui pengalaman, kita ketahui bahwa tinggi/besar seseorang tetap, walaupun ukuran dari bayangan yang terfokus
pada mata kita berubah dengan berubahnya jarak. Walaupun alat-alat pancaindera kita sangat sensitif, kita rnampu untukecara intern menghaluskan perbedaan-perbedaan atau perubahan-perubahan dari input sehingga dunia luar nampak tetap/tidak berubah-ubah. Walaupun demikian, kita tidak dapat menghilangkan perbedaan-perbedaan/variasi-variasi yang terlalu besar; perbedaan-perbedaan sangat besar akan nampak dan jika stimulus demikian berubah, perubahan itu akan terperhatikan.
3. MAKNA
Persepsi bermakna dimungkinkan karena persepsi-persepsi terstruktur dan stabil tadi tidak terasingkan/terlepas satu sama lain, melainkan berhubungan setelah selang beberapa waktu. Jika tidak, maka setiap masukan yang sifatnya perseptual akan ditangkap sebagai sesuatu yang baru, kita akan selalu berada dalam keadaan heran/terkejut/aneh dan tidak ada yang nampak familier bagi kita.
Makna berkembang dari pelajaran dan pengalaman kita masa lalu, di dalam kerangka kegiatan yang ada tujuannya. Kita be la jar untuk mengembangkan aturan-aturan bagi usaha atau tujuan yang ingin dicapai. Dengan aturan-aturan ini kita bertindak sebagai pemroses aktif dari stimulus. Kita mengkategorisasikan peristiwa-peristiwa dan menghubungkannyadengan peristiwa-peristiwa di masa lalu dan sekarang. Kita menjadi pemecah masalah yang aktif dalam usaha mencari makna dari lingkungan kita. Artinya, kita belajar untuk memberi makna pada persepsi-persepsi kita yang dianggap masuk akal jika dihubungkan dengan pengalaman-pengalaman masa lalu, tindakan-tindakan dan tujuan-tujuan masa sekarang dan antisipasi kita tentang masa depan. Suatu hal yang pokok dalam makna ini ialah sistem kode bahasa. Dengan kemampuan bahasa, kita dapat menangkap stimulasi eksternal dan menghasilkan makna dengan memberi nama dan merumuskan kategori-kategorinya. Dengan memberi kode secara linguistik pada pengalaman-pengalaman, kita dapat mengingat, memanipulasi dan membagi bersama dengan orang-orang lain, serta menghubungkan mereka pada pengalaman-pengalaman lain melalui penggunaan kata-kata yang mencerminkan pengalaman-pengalaman itu. Makna, karenanya, tidak dapat dilepaskan dari kemampuan bahasa, dan tergantung pada penggunaan kita atas kata-kata yang dapat member! gambaran
secara tepat.
Dengan aturan-aturan ini kita bertindak sebagai pemroses aktif dari stimulus. Kita mengkategorisasikan peristiwa-peristiwa dan menghubungkannyadengan peristiwa-peristiwa di masa lalu dan sekarang. Kita menjadi pemecah masalah yang aktif dalam usaha mencari makna dari lingkungan kita. Artinya, kita belajar untuk memberi makna pada persepsi-persepsi kita yang dianggap masuk akal jika dihubungkan dengan pengalaman-pengalaman masa lalu, tindakan-tindakan dan tujuan-tujuan masa sekarang dan antisipasi kita tentang masa depan. Suatu hal yang pokok dalam makna ini ialah sistem kode bahasa. Dengan kemampuan bahasa, kita dapat menangkap stimulasi eksternal dan menghasilkan makna dengan memberi nama dan merumuskan kategori-kategorinya. Dengan memberi kode secara linguistik pada pengalaman-pengalaman, kita dapat mengingat, memanipulasi dan membagi bersama dengan orang-orang lain, serta menghubungkan mereka pada pengalaman-pengalaman lain melalui penggunaan kata-kata yang mencerminkan pengalaman-pengalaman itu.
Dengan kemampuan bahasa, kita dapat menangkap stimulasi eksternal dan menghasilkan makna dengan memberi nama dan merumuskan kategori-kategorinya. Dengan memberi kode secara linguistik pada pengalaman-pengalaman, kita dapat mengingat, memanipulasi dan membagi bersama dengan orang-orang lain, serta menghubungkan mereka pada pengalaman-pengalaman lain melalui penggunaan kata-kata yang mencerminkan pengalaman-pengalaman itu.
DIMENSI-DIMENSI PERSEPSI
1. Dimensi fisik (mengatur/mengorganisasi)
2. Dimensi psikologis (menafsirkan)
Kedua dimensi ini secara bersama-sama bertanggung jawab atas hasil-hasil persepsi, sehingga pengertian tentangnya akan memberi gambaran tentang bagaimana persepsi terjadi.
1. Dimensi Persepsi secara fisik:
Sekalipun dimensi fisik ini merupakan tahap penting dari persepsi, tetapi untuk tujuan kita mempelajari KAB,hanya merupakan tahap permulaan dan tidak berapa perlu untuk terlalu didalami. Dimensi ini menggambarkan perolehan kita akan informasi tentang dunia luar. Tahap permulaan ini mencakup karakteristik-karakteristik stimulasi yang berupa energi, hakekat dan fungsi mekanisme penerimaan manusia (mata, telinga, hidung, mulut dan kulit) serta transmisi data melalui sistem syaraf menuju otak, untuk kemudian diubah ke dalam bentuk yang bermakna. Bagaimana bekerjanya badan manusia pada tingkah/tahap ini dapat dikatakan sama antara orang dengan orang dan antara satu kebudayaan dengan yang lain. Setiap orang pada dasarnya mempunyai mekanisme-mekanisme anatomik dan biologikyang sama, yang menghubungkan mereka dengan lingkungannya.
2. Dimensi Persepsi secara Psikologis :
Dibandingkan dengan penanganan stimuli secara fisik tadi, keadaan individual (kepribadian, kecerdasan, pendidikan, emosi, keyakinan, nilai, sikap, motivasi dan sebagainya) mempunyai dampak yang jauh lebih menentukan pada persepsi tentang lingkungan dan perilaku- Dalam tahap inilah manusia menciptakan struktur, stabilitas dan makna bagi persepsi-persepsinya dan memberikan sifat yang pribadi serta penafsiran mengenai dunia luar.
1. SELECTIVE PERSEPTION
Dalam menjalani kehidupan sehari-hari, kita menerima begitu banyak pesan masukan/data/stimulasi. Misalnya : sambil membaca, selain data kata-kata yang terdapat dalam buku, data lain'berupa suhu ruangan, rasanya kursi yang diduduki,suara air menetes di kamar mandi, suara anak menangis, rasa permen yang dikunyah, bau rokok dan lain-lain juga menghujani kita. Semua data ini secara bersamaan menunggu untuk diproses, untuk diberi makna. Tetapi kemampuan manusia terbatas, sehingga terpaksa menseleksi beberapa saja di antaranya untuk diperhatikan dan mengabaikan yang lain. Dengan kata lain kita harus selektif. Seleksi ini biasanya dilakukan secara tidak sadar dalam waktu seperberapa detik saja. Keputusan yang kita ambil dalam menseleksi data yang akan diberi makna secara langsung berhubungan dengan kebudayaan kita. Selama hidup kita telah belajar, baik sebagai individu-individu maupun sebagai anggota-anggota dari kebudayaan tertentu, yang penting untuk diperhatikan. Ini yang disebut sebagai pengaruh kebudayaan pada hasil proses persepsi. Karena selektivitas ini merupakan bagian yang demikian penting dari persepsi, maka kita akan meninjau tiga cara yang saling berkaitan, dengan mana kita secara selektif mempersepsikan dunia sekeliling
2. SELECTIVE EXPOSURE
Kita seringkali menghindar untuk mempersepsikan aspek-aspek tertentu dari lingkungan dengan cara tidak menempatkan diri dalam posisi yang memungkinkan untuk menghadapinya (selective non exposure). Demikian pula, kita bisa dengan secara sengaja mencari situasi-situasi yang memudahkan untuk mempersepsikan beberapa hal tertentu (selective exposure).
Contoh:
Orang-orang yang baru membeli mobil, cenderung membaca iklan mengenai mobil tersebut daripada ikian tentang mobil-mobil lain yang tadinya mau dibeli tapi tidak jadi. Mereka mencari informasi yang dapat member! penguatan atas keputusan mereka. Contoh penghindaran selektif bisa kita cari dari pengalaman sendiri. Jika kita dapat mengira-kira bahwa seseorang akan menimbulkan kesulitan atau situasi yang tidak enak bagi kita, maka sebelumnya kita lebih baik menghindar.
3. SELECTIVE ATTENTION
Pada saat tertentu dan pada lingkungan tertentu manapun, kita hanya dapat menaruh perhatian pada beberapa macam informasi saja, karena lingkungan terlalu luas dan kompleks bagi kita untuk dapat memusatkan perhatian pada segalanya. Meskipun nampaknya kita dapat sekaligus secara simultan memperhatikan banyak hal, tetapi sesungguhnya kita hanya dapat melakukannya secara sadar satu persatu. Apa yang terjadi ialah kita dapat secara sangat cepat mengalihkan perhatian pada yang lain-lain. Kemampuan cepat ini memberikan gambaran palsu tentang perha'tian yang simultan.
4. SELECTIVE RETENTION
Beberapa informasi, walaupun telah dipersepsikan dan diproses, kemudian terlupakan, karena kita tidak dapat mempertahankan atau menyimpan semua. Pada umumnya, informasi yang kita simpan dalam ingatan adalah yang menyenangkan, menunjang bayangan-bayangan baik tentang diri sendiri, atau yang dirasakan perlunya untuk digunakan dibelakang hari.
Contoh : kita akan tetap mengenang orang-orang yang kita sukai/cintai/ada minat khusus.
PERSEPSI adalah proses internal yang memungkinkan kita memilih/menseleksi, mengorganisasikan, mengevaluasi dan menafsirkan rangsangan dari lingkungan kita dan proses tersebut mempengaruhi perilaku kita termasuk tingkah laku komunikasi. Persepsi dipengaruhi dan mempengaruhi budaya.
Masalah bisa muncul karena stimuli yang sama seringkali dipersepsikan secara lain oleh individu-individu dan kelompok-kelompok yang berbeda.
Contoh : seseorang dihadapkan pada keharusan makan daging babi, apakah akan terbit air liurnya atau sebaliknya malah muntah-muntah.
Perilakunya akan sangat tergantung pada seberapa mendalam ia telah menginternalisasikan nilai-nilai dan sikap-sikap yang telah diajarkan oleh kebudayaannya.
Jika demikian, maka pertanyaannya sekarang adalah : bagaimana manusia membentuk persepsinya mengenai dunia luar dan bagaimana persepsinya itu mempengaruhi perilakunya ?
3 HAL YANG MEMPENGARUHI PERSEPSI
1. KEYAKINAN, NILAI, SIKAP
a. Keyakinan
Adalah satu anggapan bahwa satu objek/kejadian mempunyai karakteristik tertentu.
Adalah perkiraan secara subyektif bahwa suatu obyek atau peristiwa ada hubungannya dengan objek atau peristiwa lain.
Dalam keyakinan tidak ada yang benar atau salah.
Ada 3 macam keyakinan :
Keyakinan berdasarkan pengalaman (Experient belief)
keyakinan dapat terbentuk melalui pengalaman langsung.
Cont : menyentuh kompor panas --> meyakini peristiwa tersebut bahwa kompor dapat membakar jari-jari kita.
Keyakinan sedikit sekali kemungkinannya dipengaruhi oleh kebudayaan.
Cont : orang Eskimo tidak dapat diharapkan akan membentuk keyakinan pengalaman dengan onta.
Kebudayaan sangat mempengaruhi pembentukan keyakinan berdasarkan informasi dan pengambilan kesimpulan.
Melalui indra peraba, kita belajar untuk mengetahui dan kemudian meyakini bahwa objek atau peristiwa tertentu memiliki karakteristik tertentu.
Keyakinan berdasarkan informasi (Information belief)
keyakinan ini dibentuk melalui sumber-sumber luar seperti buku, majalah, orang lain, film, TV.
Sumber-sumber ini kita pilih karena keyakinan kita akan kebenarannya.
pembentukan keyakinan atas sumber-sumber ini karena otoritas (kewenangan ).
Latar belakang dan pengalaman kebudayaan sangat berperan dalam pembentukan keyakinan berdasarkan informasi.
Keyakinan berdasarkan penarikan kesimpulan (Inferensial belief)
keyakinan ini berkaitan dengan sistem logic/logika.
Pembentukannya dimulai dnegan pengamatan terhadap suatu tingkah laku atau peristiwa, kemudian perkiraan bahwa tingkah laku tersebut digerakkan atau disebabakan oleh suatu perasaan atau emosi tertentu.
Sistem logika intern berbeda antara satu individu dengan individu lain, tetapi perbedaan biasayanya lebih besar antara satu kebudayaan dnegan kebudayaan lain.
Keyakinan secara umum diartikan sebagai perkiraan secara subyektif bahwa sesuatu obyek atau peristiwa ada hubungannya dengan obyek atau peristiwa lain atau dnegan nilai, konsep, atribut tertentu. Singkatnya suatu obyek atau peristiwa diyakini memiliki karakteristik-karakteristik tertentu.
b. Nilai
Nilai merupakan aspek evaluatif dari sistem keyakinan, nilai dan sikap. Dimensi-dimensi evaluatif mencakup kualitas-kualitas seperti kegunaan, kebaikan, estetika, kemampuan memuaskan kebutuhan dan pemberian kepuasaan.
Nilai bisa bersifat unik dan individual, tetapi ada pula yang cenderung untuk merasuk dalam suatu kebudayaan, yakni yang disebut nilai-nilai kebudayaan.
Nilai kebudayaan biasanya berakar dari falsafah dasar secara keseluruhan dari suatu kebudayaan. Nilai-nilai ini umumnya bersifat normatif karena memberikan informasi pada anggota kebudayan tentang apa yang baik dan buruk, yang benar dan salah, yang positif dan negatif, apa yang perlu diperjuangakan dan dilindungi, dll.
Nilai-nilai ini dipelajari dan tidak universal, dalam arti berbeda antara kebudayaan yang satu dengan yang lain.
Nilai budaya dapat dikategorisasikan ke dalam tingkat-tingkat : primer, sekunder dan tertier. Atau dapat pula diklasifikasikan ke dalam : positif, negatif atau netral.
c. Sistem Sikap
Kepercayaan atau keyakinan serta nilai menyumbangkan pada atau melandasi perkembangan dan isi dari sistem sikap. Secara formal, sikap dirumuskan sebagai kecendrungan yang dipelajari untuk memberikan respons secara konsisten terhadap objek orientasi teretntu.
2. WORLD VIEW (PANDANGAN DUNIA)
Sebagai suatu konsep yang abstrak, sehingga sulit untuk mengidentifikasi secara jelas dalam suatu peristiwa antar budaya.
Adalah merupakan orientasi suatu kebudayaan terhadap hal-hal seperti Tuhan, manusia, alam semesta (dalam hal ini berkaitan dnegan konsep keberadaan /”being”).
Singkatnya, WV membantu menemukan tempat dan tingkat/level kita dalam alam semesta ini.
3. SOCIAL ORGANIZATIONAL
Organisasi sosial merupakan cara suatu kebudayaan mengatur diri dan pranata-pranatanya.
Ada 2 macam bentuk pengaturan soaila yang berkaitan dnegan komunikasi antar budaya :
a. Kebudayaan geografik yaitu negara, suku-bangsa, kasta, sekte keagamaan dan lain sebagianya yang dirumuskan berdasarkan batas-batas geografik.
b. Kebudayaan-kebudayaan peranan, yaitu keanggotaan dalam posisi-posisi soail yang jelas batasannya dan lebih spesifik, sehingga menghasilkan perilaku komunikasi yang khusus pula.
Beberapa unit-unit sosial yang dominan berpengaruh dalam sutau kebudayaan adalah keluarga, sekolah dan lembaga keagamaan. Institusi-institusi ini bertnaggung jawab dalam transmisi budaya dari satu generasi ke generasi lain dan pelestariannya. Kita semua merupakan anggota dari bermacam-macam institusi soail yaitu dari yang berjangka waktu lebih singkat seperti sekolah, sampai pekerjaan. Semua institusi ini mempunyai derajat pengaruh tertentu terhadap pembentukan diri dalam kebudayaan.
POKOK-POKOK PERSEPSI
Masing-masing individu mengadakan usaha untuk memahami lingkungan melalui pengembangan struktur, stabilitas dan makna bagi persepsinya.
1. STRUKTUR
Jika kita menutup mata, memalingkan muka dan kemudian membuka mata, kita akan langsung melihat lingkungan yang terstruktur dan terorganisir. Apa yang kita hadapi mempunyai ukuran, bentuk, tekstur, warna, intensitas dan lain-lain. Bayangan kita mengenai lingkungan merupakan hasil dari ke-giatan kita secara aktif memproses informasi, yang mencakup seleksi dan kategorisasi input/masukan. Kita mengembangkan kemampuan membentuk struktur ini dengan mempelajari katego-risasi-kategorisasi untuk memilah-milah stimulasi eksternal. Kategorisasi untuk mengklasifikasi lingkungan ini bisa lain-lain dari orang ke orang. Kategorisasi ini tergantung sada sejarah pengalaman dan pengetahuan kita- Walaupun ada beberapa kategori yang sifatnya universal, terutama dalam comunitas sosial tertentu. Misalnya : stimulan fisik yang akan ditranformasikan kedalam kategori "rumah", akan sangat berbeda antara orang Alaska dengan orang Arab yang tinggal di padang pasir.Obyek-obyek sosial dan fisik juga akan mempunyai struktur berbeda-beda, tergantung pada kebutuhan saat itu.Fungsi, misalnya, bisa. digunakan sebagai kategori. Dalam membeli pena, kita mempunyai kategori tertentu yang mencakup persyaratan khusus dalam warna, ukuran, bentuk, tinta, dan lain-lain. Tetapi kalau kita terburu-buru mau menulis, apapun yang kiranya dapat digunakan untuk menulis, bisa dimasukkan ke dalam kategori mempunyai fungsi sebagai alat menulis.
2. STABILITAS
Dunia persepsi kita yang terstruktur tadi mempunyai kelanggengan, dalam arti tidak selalu berubah-ubah. Melalui pengalaman, kita ketahui bahwa tinggi/besar seseorang tetap, walaupun ukuran dari bayangan yang terfokus
pada mata kita berubah dengan berubahnya jarak. Walaupun alat-alat pancaindera kita sangat sensitif, kita rnampu untukecara intern menghaluskan perbedaan-perbedaan atau perubahan-perubahan dari input sehingga dunia luar nampak tetap/tidak berubah-ubah. Walaupun demikian, kita tidak dapat menghilangkan perbedaan-perbedaan/variasi-variasi yang terlalu besar; perbedaan-perbedaan sangat besar akan nampak dan jika stimulus demikian berubah, perubahan itu akan terperhatikan.
3. MAKNA
Persepsi bermakna dimungkinkan karena persepsi-persepsi terstruktur dan stabil tadi tidak terasingkan/terlepas satu sama lain, melainkan berhubungan setelah selang beberapa waktu. Jika tidak, maka setiap masukan yang sifatnya perseptual akan ditangkap sebagai sesuatu yang baru, kita akan selalu berada dalam keadaan heran/terkejut/aneh dan tidak ada yang nampak familier bagi kita.
Makna berkembang dari pelajaran dan pengalaman kita masa lalu, di dalam kerangka kegiatan yang ada tujuannya. Kita be la jar untuk mengembangkan aturan-aturan bagi usaha atau tujuan yang ingin dicapai. Dengan aturan-aturan ini kita bertindak sebagai pemroses aktif dari stimulus. Kita mengkategorisasikan peristiwa-peristiwa dan menghubungkannyadengan peristiwa-peristiwa di masa lalu dan sekarang. Kita menjadi pemecah masalah yang aktif dalam usaha mencari makna dari lingkungan kita. Artinya, kita belajar untuk memberi makna pada persepsi-persepsi kita yang dianggap masuk akal jika dihubungkan dengan pengalaman-pengalaman masa lalu, tindakan-tindakan dan tujuan-tujuan masa sekarang dan antisipasi kita tentang masa depan. Suatu hal yang pokok dalam makna ini ialah sistem kode bahasa. Dengan kemampuan bahasa, kita dapat menangkap stimulasi eksternal dan menghasilkan makna dengan memberi nama dan merumuskan kategori-kategorinya. Dengan memberi kode secara linguistik pada pengalaman-pengalaman, kita dapat mengingat, memanipulasi dan membagi bersama dengan orang-orang lain, serta menghubungkan mereka pada pengalaman-pengalaman lain melalui penggunaan kata-kata yang mencerminkan pengalaman-pengalaman itu. Makna, karenanya, tidak dapat dilepaskan dari kemampuan bahasa, dan tergantung pada penggunaan kita atas kata-kata yang dapat member! gambaran
secara tepat.
Dengan aturan-aturan ini kita bertindak sebagai pemroses aktif dari stimulus. Kita mengkategorisasikan peristiwa-peristiwa dan menghubungkannyadengan peristiwa-peristiwa di masa lalu dan sekarang. Kita menjadi pemecah masalah yang aktif dalam usaha mencari makna dari lingkungan kita. Artinya, kita belajar untuk memberi makna pada persepsi-persepsi kita yang dianggap masuk akal jika dihubungkan dengan pengalaman-pengalaman masa lalu, tindakan-tindakan dan tujuan-tujuan masa sekarang dan antisipasi kita tentang masa depan. Suatu hal yang pokok dalam makna ini ialah sistem kode bahasa. Dengan kemampuan bahasa, kita dapat menangkap stimulasi eksternal dan menghasilkan makna dengan memberi nama dan merumuskan kategori-kategorinya. Dengan memberi kode secara linguistik pada pengalaman-pengalaman, kita dapat mengingat, memanipulasi dan membagi bersama dengan orang-orang lain, serta menghubungkan mereka pada pengalaman-pengalaman lain melalui penggunaan kata-kata yang mencerminkan pengalaman-pengalaman itu.
Dengan kemampuan bahasa, kita dapat menangkap stimulasi eksternal dan menghasilkan makna dengan memberi nama dan merumuskan kategori-kategorinya. Dengan memberi kode secara linguistik pada pengalaman-pengalaman, kita dapat mengingat, memanipulasi dan membagi bersama dengan orang-orang lain, serta menghubungkan mereka pada pengalaman-pengalaman lain melalui penggunaan kata-kata yang mencerminkan pengalaman-pengalaman itu.
DIMENSI-DIMENSI PERSEPSI
1. Dimensi fisik (mengatur/mengorganisasi)
2. Dimensi psikologis (menafsirkan)
Kedua dimensi ini secara bersama-sama bertanggung jawab atas hasil-hasil persepsi, sehingga pengertian tentangnya akan memberi gambaran tentang bagaimana persepsi terjadi.
1. Dimensi Persepsi secara fisik:
Sekalipun dimensi fisik ini merupakan tahap penting dari persepsi, tetapi untuk tujuan kita mempelajari KAB,hanya merupakan tahap permulaan dan tidak berapa perlu untuk terlalu didalami. Dimensi ini menggambarkan perolehan kita akan informasi tentang dunia luar. Tahap permulaan ini mencakup karakteristik-karakteristik stimulasi yang berupa energi, hakekat dan fungsi mekanisme penerimaan manusia (mata, telinga, hidung, mulut dan kulit) serta transmisi data melalui sistem syaraf menuju otak, untuk kemudian diubah ke dalam bentuk yang bermakna. Bagaimana bekerjanya badan manusia pada tingkah/tahap ini dapat dikatakan sama antara orang dengan orang dan antara satu kebudayaan dengan yang lain. Setiap orang pada dasarnya mempunyai mekanisme-mekanisme anatomik dan biologikyang sama, yang menghubungkan mereka dengan lingkungannya.
2. Dimensi Persepsi secara Psikologis :
Dibandingkan dengan penanganan stimuli secara fisik tadi, keadaan individual (kepribadian, kecerdasan, pendidikan, emosi, keyakinan, nilai, sikap, motivasi dan sebagainya) mempunyai dampak yang jauh lebih menentukan pada persepsi tentang lingkungan dan perilaku- Dalam tahap inilah manusia menciptakan struktur, stabilitas dan makna bagi persepsi-persepsinya dan memberikan sifat yang pribadi serta penafsiran mengenai dunia luar.
1. SELECTIVE PERSEPTION
Dalam menjalani kehidupan sehari-hari, kita menerima begitu banyak pesan masukan/data/stimulasi. Misalnya : sambil membaca, selain data kata-kata yang terdapat dalam buku, data lain'berupa suhu ruangan, rasanya kursi yang diduduki,suara air menetes di kamar mandi, suara anak menangis, rasa permen yang dikunyah, bau rokok dan lain-lain juga menghujani kita. Semua data ini secara bersamaan menunggu untuk diproses, untuk diberi makna. Tetapi kemampuan manusia terbatas, sehingga terpaksa menseleksi beberapa saja di antaranya untuk diperhatikan dan mengabaikan yang lain. Dengan kata lain kita harus selektif. Seleksi ini biasanya dilakukan secara tidak sadar dalam waktu seperberapa detik saja. Keputusan yang kita ambil dalam menseleksi data yang akan diberi makna secara langsung berhubungan dengan kebudayaan kita. Selama hidup kita telah belajar, baik sebagai individu-individu maupun sebagai anggota-anggota dari kebudayaan tertentu, yang penting untuk diperhatikan. Ini yang disebut sebagai pengaruh kebudayaan pada hasil proses persepsi. Karena selektivitas ini merupakan bagian yang demikian penting dari persepsi, maka kita akan meninjau tiga cara yang saling berkaitan, dengan mana kita secara selektif mempersepsikan dunia sekeliling
2. SELECTIVE EXPOSURE
Kita seringkali menghindar untuk mempersepsikan aspek-aspek tertentu dari lingkungan dengan cara tidak menempatkan diri dalam posisi yang memungkinkan untuk menghadapinya (selective non exposure). Demikian pula, kita bisa dengan secara sengaja mencari situasi-situasi yang memudahkan untuk mempersepsikan beberapa hal tertentu (selective exposure).
Contoh:
Orang-orang yang baru membeli mobil, cenderung membaca iklan mengenai mobil tersebut daripada ikian tentang mobil-mobil lain yang tadinya mau dibeli tapi tidak jadi. Mereka mencari informasi yang dapat member! penguatan atas keputusan mereka. Contoh penghindaran selektif bisa kita cari dari pengalaman sendiri. Jika kita dapat mengira-kira bahwa seseorang akan menimbulkan kesulitan atau situasi yang tidak enak bagi kita, maka sebelumnya kita lebih baik menghindar.
3. SELECTIVE ATTENTION
Pada saat tertentu dan pada lingkungan tertentu manapun, kita hanya dapat menaruh perhatian pada beberapa macam informasi saja, karena lingkungan terlalu luas dan kompleks bagi kita untuk dapat memusatkan perhatian pada segalanya. Meskipun nampaknya kita dapat sekaligus secara simultan memperhatikan banyak hal, tetapi sesungguhnya kita hanya dapat melakukannya secara sadar satu persatu. Apa yang terjadi ialah kita dapat secara sangat cepat mengalihkan perhatian pada yang lain-lain. Kemampuan cepat ini memberikan gambaran palsu tentang perha'tian yang simultan.
4. SELECTIVE RETENTION
Beberapa informasi, walaupun telah dipersepsikan dan diproses, kemudian terlupakan, karena kita tidak dapat mempertahankan atau menyimpan semua. Pada umumnya, informasi yang kita simpan dalam ingatan adalah yang menyenangkan, menunjang bayangan-bayangan baik tentang diri sendiri, atau yang dirasakan perlunya untuk digunakan dibelakang hari.
Contoh : kita akan tetap mengenang orang-orang yang kita sukai/cintai/ada minat khusus.
Kaitan antara Komunikasi dan Budaya
PENGERTIAN KOMUNIKASI
Untuk pembahasan mengenai pengertian komunikasi tidak akan dijelaskan panjang lebar karena anda semua telah mendapatkan banyak sekali materi mengenai pengertian komunikasi dari beberapa matakuliah yang sudah anda ikuti.
Sebagai catatan saja bahwa dalam komunikasi terdapat unsur-unsur yang memang selalu ada ketika proses komunikasi terjadi yaitu komunikator, pesan, media, komunikan dan feedback. Unsur-unsur komunikasi ini tetap terjadi ketika KAB berlangsung. Yang perlu diingat bahwa di dalam KAB unsur tersebut ditambah satu unsur lagi yaitu konteks yang ternyata dalam KAB menjadi sangat penting pula untuk diperhatikan.
HAKEKAT KEBUDAYAAN
Kebudayaan, sebagaimana halnya dengan komunikasi, merupakan istilah yang tidak asing lagi bagi kebanyakan orang. Bahkan mungkin karena kepopulerannya itu, kebudayaan telah diartikan secara bermacam-macam.
Batasan tentang kebudayaan memang sangat beraneka ragam tergantung dari sudut penglihatan, yang dipengaruhi oleh minat, bidang pengetahuan dan kepentingan masing-masing perumusan batasan. Tetapi dari sekian banyak batasan/rumusan/definisi kebudayaan terdapat suatu kesepakatan bahwa kebudayaan merupakan sesuatu yang dipelajari dan bahwa kebudayaan menyebabkan orang mampu untuk menyesuaikan diri dnegan lingkungan alam serta lingkungan sosialnya, dan oleh sebab itu maka kebudayaan bervariasi.
Pendidikan, bahasa, interaksi dan konteks langsung lingkungan sejak lahir mempengaruhi seseorang individu, maka perilaku seseorang merupakan hasil dari proses belajar. Yang penting adalah manusia umumnya belajar dalam konteks sosial, bukan dalam keterasingan. Oleh sebab itu kebudayaan berorientasikan kelompok. Dalam kelompoklah, individu belajar sesuatu mengenai fenomena sosial melalui contoh-contoh perbuatan. Dengan demikian, kebudayaan menegaskan nilai-nilai dasar tentang kehidupan : apa yang baik dan apa yang buruk, apa yang harus dilakukan dan apa yang harus ditinggalkan.
Individu pertama kali belajar kebudayaan dalam lingkungan keluarga. Lingkungan keluargalah yang mengajarkan (baik secara langsung maupun tidak langsung) mengenai keyakinan, adat kebiasaan dan tingkah laku melalui peniruan dari anggota keluarga lainnya. Maka individu tersebut tumbuh kembang dengan latar belakang pemahaman mengenai fenomena sosial (dunia dan kehidupannya) dari kacamata keluarganya, yang pada gilirannya mencerminkan sistem kebudayaan yang melingkupinya.
PENGERTIAN KEBUDAYAAN
Kebudayaan merupakan pola hidup yang bersifat mencakup segalanya. Selain itu kebudayaan bersifat kompleks, abstrak dan merasuki semua aspek dan segi kehidupan.
Menurut Ruben (1984 : 302-312) menyebutkan beberapa karakteristik dari kebudayaan (dan subbudaya) yaitu :
Kompleks dan banyak segi
Tidak dapat dilihat
Berubah sejalan dengan waktu
Jika kita menganalisis dan mempelajari suatu kebudayaan, baik kebudayan kompleks dari unit masyarakat yang bedar maupun kebudayaan (atau subbudaya) dari unit hubungan kecil yang lebih akrab (seperti komunitas di penjara, lembaga pendidikan, kelompok etnis, dll) akan ditemukan sejumlah segi yang kompleks dan saling berkaitan berperan didalamnya, sehingga sangat sulit untuk mengidentifikasi dan melakukan kategorisasi (khususnya untuk unit masyarakat yang besar/luas akan banyak sekali unsur-unsur yang berperan sehingga sulit mengidentifikasi dan melakukan kategorisasi).
Dimensi yang paling mendasar dari kebudayaan adalah bahasa, adat kebiasaan, kehidupan keluarga, cara berpakaian, cara makan, struktur kelas, orientasi politik, agama, falsafah ekonomi, keyakinan dan sistem nilai.
Unsur-unsur ini tidak dapat terpisahkan satu dengan yang lain tetapi malah saling berinteraksi satu dengan yang lain sehingga terbentuklah suatu sistem kebudayaan tersendiri.
Misal, kecenderungan punya banyak anak tidak dapat dijelaskan dari segi adat kebiasaan saja tetapi dapat juga dijelaskan dari segi agama, ekonomi, kesehatan dan mungkin dari segi teknologi dari masyarakat yang bersangkutan.
Tetapi di Barat dengan perkembangan ekonomi yang cukup tinggi, mengecilnya jumlah anak dalam keluarga dipengaruhi oleh kompleksitas segi ekonomi, kondisi sosial serta sikap yang berkaitan dengan pembagian peranan sosial antara pria dan wanita. Inilah penjelasan mengenai kebudayaan itu kompleks dan banyak segi.
Kebudayaan tidak dapat dilihat. Maksudnya, keberadaan kebudayaan dalam kehidupan sedemikian tidak nyata terlihat secara fisik tetapi merasuk dalam segala segi kehidupan, sehingga tidak terperhatikan dan tidak disadari oleh masyarakat itu sendiri. Kesadaran akan eksistensi (keberadaan) kebudayaan baru muncul ketika terjadi :
PENGERTIAN KAB
Yang menjadi fokus perhatian KAB :
Proses komunikasi (interaksi) antara individu-individu atau kelompok-kelompok yang berbeda kebudayaan.
KAITAN KOMUNIKASI DAN BUDAYA
Unsur-unsur pokok yang mendasari proses KAB terdiri dari 2 istilah (konsep) yaitu konsep Komunikasi dan konsep Budaya. Dengan demikian maka hubungan antara komunikasi & budaya dapat diibaratkan seperti sekeping mata uang logam, artinya jika sekeping mata uang logam dilempar maka yang akan tampak kalau tidak gambar atau angka. Demikian juga KAB, kalau tidak budaya mempengaruhi komunikasi atau komunikasi mempengaruhi budaya. Jadi antara komunikasi dan budaya tidak bisa dipisahkan, saling mempengaruhi (mempunyai hubungan timbal balik).
Hubungan tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut :
Komunikasi --> Budaya, artinya : melalui komunikasi kita membentuk kebudayaan
Budaya --> Komunikasi, artinya : kebudayaan menentukan aturan & pola-pola komunikasi. Keseluruhan perilaku komunikasi individu terutama tergantung pada kebudayaannya.
Penjelasan lebih lanjut sbb :
Komunikasi --> Budaya, artinya :
Jika bukan karena kemampuan manusia untuk berkomunikasi (menciptakan bahasa simbolik) tidak dapat dikembangkan pengetahuan, makna, simbol, nilai-nilai, aturan dan tata upacara yang memberikan batasan dan bentuk pada hubungan-hubungan.
Melalui komunikasi kita dapat mewariskan unsur-unsur kebudayaan dari satu generasi ke generasi berikutnya serta dari satu tempat ke tempat lain.
Budaya --> Komunikasi, artinya :
Komunikasi merupakan sarana yang dapat menjadikan individu sadar akan dan menyesuaikan diri dengan subbudaya-subbudaya atau kebudayaan asing yang dihadapinya.
Kesimpulan :
Jadi kebudayaan dirumuskan, dibentuk, ditransmisikan dan dipelajari melalui komunikasi.
TUJUAN KAB
Pada hakikatnya proses KAB bertujuan untuk :
1. Meningkatkan pengetahuan kita tentang diri kita sendiri dengan menjelaskan perilaku-perilaku komunikatif (sebagian / keseluruhan).
2. Meningkatkan pengetahuan kita tentang orang lain dan budaya lain.
3. Menjelaskan kendala-kendala dan masalah-masalah terhadap pemahaman atas proses antar budaya.
4. Meningkatkan pengetahuan kita tentang kemajuan informasi dan teknologi sehingga kita tidak salah dalam memanfaatkan informasi dan teknologi tersebut serta supaya tidak “gatek” (gagap teknologi).
KAPAN TERJADINYA KAB
Tingkat masyarakat kelompok budaya dari partisipan-partisipan komunikasi.
Konteks sosial tempat terjadinya KAB.
Saluran yang dilalui oleh pesan-pesan KAB (baik yang bersifat verbal maupun nonverbal).
TINGKATAN MASYARAKAT DALAM KELOMPOK BUDAYA
1. World regions
2. Nations
3. Ethnic/racial groups
4. Sociological groups
5. Individu
Penjelasan urutan adalah sbb :
1. World regions seperti : budaya timur, budaya barat.
2. Nations seperti : budaya Indonesia, budaya Perancis, Budaya Malaysia.
3. Ethnic/racial groups (kelompok-kelompok etnik-ras dalam negara) seperti : budaya Cina Indonesia, budaya Amerika asia
4. Sociological groups : macam-macam subkelompok sosiologis berdasarkan kategorisasi jenis kelamin, kelas sosial, countercultures (budaya hippie, budaya orang di penjara, budaya gelandangan).
KAB berdasarkan levels of cultural group membership dapat terjadi pada 5 tingkatan seperti dalam gambar di atas. Yang perlu dicatat adalah bahwa dalam setiap peristiwa komunikasi (fenomena/kejadian) tingkatan ini dapat terjadi sekaligus atau hanya beberapa tingkatan saja.
Contoh : A dan B adalah teman sekerja sedang bercakap-cakap mengenai acara liburan lebaran yang akan datang yang mau tidak mau mereka juga bercakap-cakap mengenai daerah asal mereka KAB yang terjadi pada tingkat individu dan juga ethnic.
KONTEKS SOSIAL TERJADINYA KAB
Bahwa KAB dapat terjadi pada konteks sosial seperti :
Teknologi - Bisnis
Pendidikan/akademik - Politik
Organisasi - Ekonomi, dll
Jadi konteks sosial khusus tempat terjadinya KAB memberikan pada para partisipan hubungan-hubungan antar peran, ekspektasi-ekspektasi, norma-norma dan aturan-aturan tingkah laku yang khusus.
Saluran yang dilalui oleh pesan-pesan KAB (baik yang bersifat verbal maupun nonverbal), dapat dibagi atas :
interpersonal/person to person
media massa
Bersama-sama dengan 2 penjelasan di atas (Tingkat masyarakat kelompok budaya dan konteks sosial), saluran komunikasi juga mempengaruhi proses dan hasil keseluruhan dari KAB.
Contoh : Orang indonesia menonton keadaan kehidupan di Ethiopia melalui TV akan memiliki pengalamaan yang berbeda dengan keadaan apabila ia sendiri berada disana dan melihat dengan mata kepala sendiri.
Umumnya, pengalaman komunikasi anatarpribadi dianggap memberikan dampak yang lebih mendalam daripada melalui media massa karena melalui media kurang dalam hal feedback langsung antar partisipan (melalui media massa bersifat satu arah).
MODEL KAB
Pengaruh budaya atas individu dan masalah-masalah penyandian dan penyandian balik pesan dapat dijelaskan dan digambarkan sbb :
Tiga budaya diwakili oleh 3 bentuk geometrik yang berbeda.
Budaya A (segiempat) dan
B (segi delapan tak beraturan) relatif serupa ( segi delapan tak beraturan yang hampir menyerupai segiempat).
Budaya C sangat berbeda dari budaya A dan budaya B yaitu lingkaran.
Perbedaan tersebut diperlihatkan pada bentuk melingkar budaya C yang tidak menyerupai sama sekali dengan budaya A dan budaya B, serta dan jarak fisiknya (budaya C) dari budaya A dan budaya B.
Penyandian dan penyandian balik pesan antarbudaya dilukiskan oleh panah-panah yang menghubungkan budaya-budaya itu. Panah-panah tersebut menunjukkan pengiriman pesan dari budaya yang satu ke budaya yang lainnya. Ketika pesan meninggalkan budaya dimana ia disandi, pesan itu mengandung makna yang dikehendaki oleh encoder (pengirim). Hal ini ditunjukkan oleh panah yang meninggalkan suatu budaya. Perubahan antara budaya A dan budaya B lebih kecil daripada perubahan antara budaya A dan budaya C. ini disebabkan oelh kemiripan yang lebih besar antara budaya A dan budaya B. Perbendaharaan perilaku komunikatif dan makan keduanya mirip dan usaha penyandian balik yang terjadi, oleh karenanya, menghasilkan makna yang emndekati makna yang dimaksudkan dalam penyandian pesan asli. Tetapi oleh karena budaya C tampak sangat berbeda dengan budaya A dan budaya B, penyandian baliknya juga sangat berbeda budaya dan lebih menyerupai pola budaya C.
Untuk pembahasan mengenai pengertian komunikasi tidak akan dijelaskan panjang lebar karena anda semua telah mendapatkan banyak sekali materi mengenai pengertian komunikasi dari beberapa matakuliah yang sudah anda ikuti.
Sebagai catatan saja bahwa dalam komunikasi terdapat unsur-unsur yang memang selalu ada ketika proses komunikasi terjadi yaitu komunikator, pesan, media, komunikan dan feedback. Unsur-unsur komunikasi ini tetap terjadi ketika KAB berlangsung. Yang perlu diingat bahwa di dalam KAB unsur tersebut ditambah satu unsur lagi yaitu konteks yang ternyata dalam KAB menjadi sangat penting pula untuk diperhatikan.
HAKEKAT KEBUDAYAAN
Kebudayaan, sebagaimana halnya dengan komunikasi, merupakan istilah yang tidak asing lagi bagi kebanyakan orang. Bahkan mungkin karena kepopulerannya itu, kebudayaan telah diartikan secara bermacam-macam.
Batasan tentang kebudayaan memang sangat beraneka ragam tergantung dari sudut penglihatan, yang dipengaruhi oleh minat, bidang pengetahuan dan kepentingan masing-masing perumusan batasan. Tetapi dari sekian banyak batasan/rumusan/definisi kebudayaan terdapat suatu kesepakatan bahwa kebudayaan merupakan sesuatu yang dipelajari dan bahwa kebudayaan menyebabkan orang mampu untuk menyesuaikan diri dnegan lingkungan alam serta lingkungan sosialnya, dan oleh sebab itu maka kebudayaan bervariasi.
Pendidikan, bahasa, interaksi dan konteks langsung lingkungan sejak lahir mempengaruhi seseorang individu, maka perilaku seseorang merupakan hasil dari proses belajar. Yang penting adalah manusia umumnya belajar dalam konteks sosial, bukan dalam keterasingan. Oleh sebab itu kebudayaan berorientasikan kelompok. Dalam kelompoklah, individu belajar sesuatu mengenai fenomena sosial melalui contoh-contoh perbuatan. Dengan demikian, kebudayaan menegaskan nilai-nilai dasar tentang kehidupan : apa yang baik dan apa yang buruk, apa yang harus dilakukan dan apa yang harus ditinggalkan.
Individu pertama kali belajar kebudayaan dalam lingkungan keluarga. Lingkungan keluargalah yang mengajarkan (baik secara langsung maupun tidak langsung) mengenai keyakinan, adat kebiasaan dan tingkah laku melalui peniruan dari anggota keluarga lainnya. Maka individu tersebut tumbuh kembang dengan latar belakang pemahaman mengenai fenomena sosial (dunia dan kehidupannya) dari kacamata keluarganya, yang pada gilirannya mencerminkan sistem kebudayaan yang melingkupinya.
PENGERTIAN KEBUDAYAAN
Kebudayaan merupakan pola hidup yang bersifat mencakup segalanya. Selain itu kebudayaan bersifat kompleks, abstrak dan merasuki semua aspek dan segi kehidupan.
Menurut Ruben (1984 : 302-312) menyebutkan beberapa karakteristik dari kebudayaan (dan subbudaya) yaitu :
Kompleks dan banyak segi
Tidak dapat dilihat
Berubah sejalan dengan waktu
Jika kita menganalisis dan mempelajari suatu kebudayaan, baik kebudayan kompleks dari unit masyarakat yang bedar maupun kebudayaan (atau subbudaya) dari unit hubungan kecil yang lebih akrab (seperti komunitas di penjara, lembaga pendidikan, kelompok etnis, dll) akan ditemukan sejumlah segi yang kompleks dan saling berkaitan berperan didalamnya, sehingga sangat sulit untuk mengidentifikasi dan melakukan kategorisasi (khususnya untuk unit masyarakat yang besar/luas akan banyak sekali unsur-unsur yang berperan sehingga sulit mengidentifikasi dan melakukan kategorisasi).
Dimensi yang paling mendasar dari kebudayaan adalah bahasa, adat kebiasaan, kehidupan keluarga, cara berpakaian, cara makan, struktur kelas, orientasi politik, agama, falsafah ekonomi, keyakinan dan sistem nilai.
Unsur-unsur ini tidak dapat terpisahkan satu dengan yang lain tetapi malah saling berinteraksi satu dengan yang lain sehingga terbentuklah suatu sistem kebudayaan tersendiri.
Misal, kecenderungan punya banyak anak tidak dapat dijelaskan dari segi adat kebiasaan saja tetapi dapat juga dijelaskan dari segi agama, ekonomi, kesehatan dan mungkin dari segi teknologi dari masyarakat yang bersangkutan.
Tetapi di Barat dengan perkembangan ekonomi yang cukup tinggi, mengecilnya jumlah anak dalam keluarga dipengaruhi oleh kompleksitas segi ekonomi, kondisi sosial serta sikap yang berkaitan dengan pembagian peranan sosial antara pria dan wanita. Inilah penjelasan mengenai kebudayaan itu kompleks dan banyak segi.
Kebudayaan tidak dapat dilihat. Maksudnya, keberadaan kebudayaan dalam kehidupan sedemikian tidak nyata terlihat secara fisik tetapi merasuk dalam segala segi kehidupan, sehingga tidak terperhatikan dan tidak disadari oleh masyarakat itu sendiri. Kesadaran akan eksistensi (keberadaan) kebudayaan baru muncul ketika terjadi :
- Anggota kebudayaan (subbudaya) melakukan pelanggaran terhadap standar-standar yang berlaku selama ini.
- Bertemu secara kebetulan dengan seseorang yang berasal dari kebudayaan atau subbudaya lain dan ketika terjadi interaksi terlihat adanya perbedaan tingkah laku yang selama ini dikenalnya dan dilakukannya.
PENGERTIAN KAB
Yang menjadi fokus perhatian KAB :
Proses komunikasi (interaksi) antara individu-individu atau kelompok-kelompok yang berbeda kebudayaan.
KAITAN KOMUNIKASI DAN BUDAYA
Unsur-unsur pokok yang mendasari proses KAB terdiri dari 2 istilah (konsep) yaitu konsep Komunikasi dan konsep Budaya. Dengan demikian maka hubungan antara komunikasi & budaya dapat diibaratkan seperti sekeping mata uang logam, artinya jika sekeping mata uang logam dilempar maka yang akan tampak kalau tidak gambar atau angka. Demikian juga KAB, kalau tidak budaya mempengaruhi komunikasi atau komunikasi mempengaruhi budaya. Jadi antara komunikasi dan budaya tidak bisa dipisahkan, saling mempengaruhi (mempunyai hubungan timbal balik).
Hubungan tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut :
Komunikasi --> Budaya, artinya : melalui komunikasi kita membentuk kebudayaan
Budaya --> Komunikasi, artinya : kebudayaan menentukan aturan & pola-pola komunikasi. Keseluruhan perilaku komunikasi individu terutama tergantung pada kebudayaannya.
Penjelasan lebih lanjut sbb :
Komunikasi --> Budaya, artinya :
Jika bukan karena kemampuan manusia untuk berkomunikasi (menciptakan bahasa simbolik) tidak dapat dikembangkan pengetahuan, makna, simbol, nilai-nilai, aturan dan tata upacara yang memberikan batasan dan bentuk pada hubungan-hubungan.
Melalui komunikasi kita dapat mewariskan unsur-unsur kebudayaan dari satu generasi ke generasi berikutnya serta dari satu tempat ke tempat lain.
Budaya --> Komunikasi, artinya :
Komunikasi merupakan sarana yang dapat menjadikan individu sadar akan dan menyesuaikan diri dengan subbudaya-subbudaya atau kebudayaan asing yang dihadapinya.
Kesimpulan :
Jadi kebudayaan dirumuskan, dibentuk, ditransmisikan dan dipelajari melalui komunikasi.
TUJUAN KAB
Pada hakikatnya proses KAB bertujuan untuk :
1. Meningkatkan pengetahuan kita tentang diri kita sendiri dengan menjelaskan perilaku-perilaku komunikatif (sebagian / keseluruhan).
2. Meningkatkan pengetahuan kita tentang orang lain dan budaya lain.
3. Menjelaskan kendala-kendala dan masalah-masalah terhadap pemahaman atas proses antar budaya.
4. Meningkatkan pengetahuan kita tentang kemajuan informasi dan teknologi sehingga kita tidak salah dalam memanfaatkan informasi dan teknologi tersebut serta supaya tidak “gatek” (gagap teknologi).
KAPAN TERJADINYA KAB
Tingkat masyarakat kelompok budaya dari partisipan-partisipan komunikasi.
Konteks sosial tempat terjadinya KAB.
Saluran yang dilalui oleh pesan-pesan KAB (baik yang bersifat verbal maupun nonverbal).
TINGKATAN MASYARAKAT DALAM KELOMPOK BUDAYA
1. World regions
2. Nations
3. Ethnic/racial groups
4. Sociological groups
5. Individu
Penjelasan urutan adalah sbb :
1. World regions seperti : budaya timur, budaya barat.
2. Nations seperti : budaya Indonesia, budaya Perancis, Budaya Malaysia.
3. Ethnic/racial groups (kelompok-kelompok etnik-ras dalam negara) seperti : budaya Cina Indonesia, budaya Amerika asia
4. Sociological groups : macam-macam subkelompok sosiologis berdasarkan kategorisasi jenis kelamin, kelas sosial, countercultures (budaya hippie, budaya orang di penjara, budaya gelandangan).
KAB berdasarkan levels of cultural group membership dapat terjadi pada 5 tingkatan seperti dalam gambar di atas. Yang perlu dicatat adalah bahwa dalam setiap peristiwa komunikasi (fenomena/kejadian) tingkatan ini dapat terjadi sekaligus atau hanya beberapa tingkatan saja.
Contoh : A dan B adalah teman sekerja sedang bercakap-cakap mengenai acara liburan lebaran yang akan datang yang mau tidak mau mereka juga bercakap-cakap mengenai daerah asal mereka KAB yang terjadi pada tingkat individu dan juga ethnic.
KONTEKS SOSIAL TERJADINYA KAB
Bahwa KAB dapat terjadi pada konteks sosial seperti :
Teknologi - Bisnis
Pendidikan/akademik - Politik
Organisasi - Ekonomi, dll
Jadi konteks sosial khusus tempat terjadinya KAB memberikan pada para partisipan hubungan-hubungan antar peran, ekspektasi-ekspektasi, norma-norma dan aturan-aturan tingkah laku yang khusus.
Saluran yang dilalui oleh pesan-pesan KAB (baik yang bersifat verbal maupun nonverbal), dapat dibagi atas :
interpersonal/person to person
media massa
Bersama-sama dengan 2 penjelasan di atas (Tingkat masyarakat kelompok budaya dan konteks sosial), saluran komunikasi juga mempengaruhi proses dan hasil keseluruhan dari KAB.
Contoh : Orang indonesia menonton keadaan kehidupan di Ethiopia melalui TV akan memiliki pengalamaan yang berbeda dengan keadaan apabila ia sendiri berada disana dan melihat dengan mata kepala sendiri.
Umumnya, pengalaman komunikasi anatarpribadi dianggap memberikan dampak yang lebih mendalam daripada melalui media massa karena melalui media kurang dalam hal feedback langsung antar partisipan (melalui media massa bersifat satu arah).
MODEL KAB
Pengaruh budaya atas individu dan masalah-masalah penyandian dan penyandian balik pesan dapat dijelaskan dan digambarkan sbb :
Tiga budaya diwakili oleh 3 bentuk geometrik yang berbeda.
Budaya A (segiempat) dan
B (segi delapan tak beraturan) relatif serupa ( segi delapan tak beraturan yang hampir menyerupai segiempat).
Budaya C sangat berbeda dari budaya A dan budaya B yaitu lingkaran.
Perbedaan tersebut diperlihatkan pada bentuk melingkar budaya C yang tidak menyerupai sama sekali dengan budaya A dan budaya B, serta dan jarak fisiknya (budaya C) dari budaya A dan budaya B.
Penyandian dan penyandian balik pesan antarbudaya dilukiskan oleh panah-panah yang menghubungkan budaya-budaya itu. Panah-panah tersebut menunjukkan pengiriman pesan dari budaya yang satu ke budaya yang lainnya. Ketika pesan meninggalkan budaya dimana ia disandi, pesan itu mengandung makna yang dikehendaki oleh encoder (pengirim). Hal ini ditunjukkan oleh panah yang meninggalkan suatu budaya. Perubahan antara budaya A dan budaya B lebih kecil daripada perubahan antara budaya A dan budaya C. ini disebabkan oelh kemiripan yang lebih besar antara budaya A dan budaya B. Perbendaharaan perilaku komunikatif dan makan keduanya mirip dan usaha penyandian balik yang terjadi, oleh karenanya, menghasilkan makna yang emndekati makna yang dimaksudkan dalam penyandian pesan asli. Tetapi oleh karena budaya C tampak sangat berbeda dengan budaya A dan budaya B, penyandian baliknya juga sangat berbeda budaya dan lebih menyerupai pola budaya C.
Posisi dan Landasan Pengertian Komunikasi Antar Budaya
Berkat kemajuan teknologi transportasi dan teknologi komunikasi, peradaban manusia kini sampai pada tahap yang memungkinkan mereka berinteraksi dengan berbagai budaya lain. Sebagian interaksi budaya itu bersifat tatap muka, sebagian lagi lewat media massa, sebagian interaksi bersifat selintas (berjangka pendek), sebagian lagi berjangka panjang atau permanen.
Melancong ke mancanegara, belajar di luar negeri, melobi pengusaha asing, meyakinkan wakil negara sahabat akan kebijakan politik negara sendiri, konferensi lintas agama demi perdamaian dunia, konsultasi dokter dengan pasien, diskusi antara orang tua dengan putrinya yang duduk di bangku SMA, pengarahan atasan kepada bawahan, penayangan berita lewat TV tentang invasi suatu negara/ras, seorang murid pindah sekolah, melakukan pijat dengan tunanetra, diskusi LSM pembela kaum perempuan dengan wakil pemerintah daerah, dll pada dasarnya merupakan komunikasi antara orang-orang berbeda budaya, seberapa kecil pun kadar perbedaan budaya tersebut. Jadi semua itu adalah fenomena komunikasi bernuansa perbedaan budaya.
KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA / KAB (intercultural communication) adalah proses pertukaran pikiran dan makna antara orang-orang yang berbeda budaya.1 Ketika komunikasi terjadi antara orang-orang berbeda bangsa, kelompok ras atau komunitas bahasa, komunikasi tersebut disebut komunikasi antar budaya. Jadi pada dasarnya KAB mengkaji bagaimana budaya berpengaruh terhadap aktivitas komunikasi : apa makna pesan verbal dan nonverbal menurut budaya-budaya bersangkutan, apa yang layak dikomunikasikan, kapan mengkomunikasikannya, bagaimana cara mengkomunikasikannya (verbal dan nonverbal), dsb.
KOMUNIKASI LINTAS BUDAYA / KLB (cross-cultural communication) secara tradisional membandingkan fenomena komunikasi dalam budaya-budaya berbeda. Contoh bagaimana gaya komunikasi pria dalam budaya Amerika dan budaya Indonesia. Tetapi lambat laun KAB dan KLB sering dipertukarkan. Secara konvensional KAB lebih luas dan lebih komprehensif daripada KLB.
KOMUNIKASI ANTAR ETNIK (interethnic communication) adalah komunikasi yang terjadi antara kelompok orang yang ditandai dengan bahasa dan asal-usul yang sama. Oleh karena itu komunikasi antar etnik juga merupakan bagian dari KAB, sebagaimana juga komunikasi antar ras, komunikasi antar agama dan komunikasi antar gender. Dengan kata lain, komunikasi antar budaya lebih luas dari bidang-bidang komunikasi yang lainnya.
KOMUNIKASI ANTAR RAS adalah komunikasi yang terjadi pada sekelompok orang yang ditandai dengan ciri-ciri biologis yang sama. Secara teoritis 2 orang dari ras berbeda boleh jadi memiliki budaya (terutama ditandai dengan bahasa dan agama) yang sama. Secara implisit komunikasi antar ras juga mengandung dimensi komunikasi antar budaya, karena biasanya ras berbeda memiliki bahasa dan asal-usul berbeda. Kalaupun kedua pihak yang berbeda ras sejak lahir diasuh dalam budaya yang sama, potensi konflik tetap ada dalam komunikasi mereka, mengingat pihak-pihak bersangkutan menganut stereotip-stereotip tertentu (biasanya negatif) mengenai mitra komunikasinya yang berbeda ras itu.
Contoh, orang Amerika berkulit putih (nenek moyangnya berasal dari Eropa) dan orang Amerika berkulit hitam (nenek moyangnya berasal dari Afrika) telah hidup berdampingan di negara yang sama selama berabad-abad, tidak dengan sendiri komunikasi diantara mereka harmonis. Hingga sekarang mereka mempunyai potensi konflik yang tetap besar, mengingat mereka memiliki prasangka antarras.
Selain pengertian yang berusaha mengaitkan antara komunikasi dan budaya, masih ada kajian lain yang juga sama dalam usaha untuk mengaitkan komunikasi dan budaya yaitu Komunikasi Internasional. Pendekatan umum dan dasar kedua bidang ini memang sulit dibedakan. Akan tetapi, jika komunikasi antarbudaya berlangsung pada tingkat budaya, dan komunikasi internasional berlangsung pada tingkat negara, yang berarti melewati batas-batas negara. Jadi ada kalanya komunikasi antar budaya identik dengan komunikasi antar bangsa, meskipun tidak selalu demikian. Masalahnya, sering sekelompok orang yang memiliki budaya yang sama (contoh, Indonesia dan Malaysia) dipisahkan oleh batas negara, sehingga bisa dikatakan komunikasi antara Indonesia dan Malaysia adalah komunikasi antar bangsa dalam suatu budaya yang sama. Sebaliknya, kelompok-kelompok orang dengan budaya-budaya berlainan boleh jadi terdapat di negara yang sama, seperti di Amerika Serikat dan Australia, sehingga komunikasi antarbudaya berlangsung di negara yang sama. Perbedaan lainnya adalah KAB lebih banyak menyoroti realitas sosiologis dan antropologis, sementara komunikasi antarbangsa lebih banyak mengkaji realitas politis.
KAB sebagai FENOMENA SOSIAL
Pemahaman mengenai KAB bukan sesuatu yang baru, karena sebenarnya sejak dulu manusia sudah saling berinteraksi yang tentu saja manusia-manusia tersebut mempunyai latar belakang kebudayaan yang berbeda, maka KAB telah dapat dikatakan berlangsung.
Yang baru dari KAB adalah studi sistematik mengenai apa yang sebenarnya terjadi apabila kontak atau interaksi antara orang-orang yang berbeda latar belakang kebudayaannya berlangsung.
Dulu KAB terjadi hanya dalam lingkup sempit dan kecil, yang biasanya terjadi pada golongan minoritas.
Misal, pejabat pemerintahan atau pedagang tertentu yang mempunyai kesempatan/ kepentingan untuk berkunjung ke negeri-negeri lain.
Keadaan sekarang sudah berubah. Media massa pun ikut berperan dalam proses meningkatnya KAB. Dengan bantuan media massa dan abad serba modern ini (salah satu tandanya adalah semakin canggihnya tehnologi) terbentuklah desa semesta (global village), yang salah satu dampaknya adalah semakin meningkatnya kontak-kontak komunikasi dan hubungan antar berbagai bangsa dan negara.
PERLUNYA KAB
Faktor-faktor yang mendorong perkembangan KAB dapat dilihat dari 3 segi :
1. Segi internasional
Telekomunikasi & transportasi
Kemajuan teknologi, khususnya di bidang komunikasi dan transportasi jelas membawa pengaruh positif maupun negatif terhadap kehidupan sosial budaya masyarakat. Teknologi komunikasi dan transportasi telah menyatukan dunia dengan penduduk yang berbeda pandangan politik, sistem sosial dan kepercayaan. Komunikasi dan transportasi membawa bangsa-bangsa ke dalam “Era Globalisasi”. Meningkatnya teknologi komunikasi dan transportasi menciptakan suatu jaringan komunikasi dunia.
2. Satelit
Satelit komunikasi ini memungkinkan jumlah manusia yang banyak dengan jarak yang berjauhan dapat dibujuk, diajarkan dan dihibur secara serentak dalam satu waktu yang sama.
3. Kesadaran manusia
Kesadaran manusia dan bangsa akan adanya kesempatan dan kebutuhan sosial, ekonomi, politik, kebudayaan dan kejiwaan, termasuk kebutuhan akan informasi. Dengan informasi orang dapat mengetahui apa yang telah, sedang dan akan terjadi di suatu masyarakat atau negara, serta dapat mengetahui tindakan yang harus dilakukan untuk memperbaiki hidupnya.
Dengan berkurangnya hambatan-hambatan komunikasi, maka dunia seakan terdesak pada kebutuhan untuk mencapai saling pengertian antara sesama umat manusia. Peperangan yang terjadi mungkin saja disebabkan oleh kurang atau tidak adanya pengertian di antara pihak-pihak yang bertikai karena adanya kepentingan nasional, falsafah hidup, keinginan ataupun harapan-harapan pihak lainnya.
Sesuatu yang dianggap baik oleh suatu pihak belum tentu bernilai positif bagi yang lain dan bahkan sebaliknya.
4. Segi Domestik
Perubahan-perubahan di dunia internasional tentu saja membawa dampak perubahan kebudayaan di dalam negeri. Termasuk munculnya berbagai macam kelompok sub-budaya yang menyimpang dari kebudayaan dominan masyarakat.
Sub budaya adalah : suatu komunitas rasial, etnik, regional yang memperlihatkan pola-pola perilaku yang membedakannya dari sub-budaya lainnya dalam suatu budaya atau masyarakat yang melingkupinya.
Pada umumnya sub budaya terjadi karena adanya minoritas di dalam budaya.
Contoh sub budaya & dampak adanya perubahan internasional ke domestik :
Adanya persamaan hak untuk memperoleh pendidikan yang sama bagi masyarakat Indian di AS. Adanya kesempatan yang sama dalam menduduki jabatan pemerintahan untuk kulit hitam.
Akan tetapi, kontak-kontak baru ini seringkali menemui kegagalan atau tidak menghasilkan sesuatu yang diharapkan. Masalah-masalah yang muncul tidak saja disebabkan perbedaan bahasa, pengertian tentang penggunaan waktu, pakaian, warna kulit, tetapi lebih mendalam dan kompleks karena menyangkut perbedaan nilai dan cara memandang kehidupan.
Di Indonesia, adanya beberapa fenomena sosial tidak mustahil akan membuka kemungkinan terjadinya kesalah pahaman atau bahkan konflik fisik.
FAKTOR YANG MENDORONG STUDI KAB DI INDONESIA
1. Adanya kenyataan bahwa masyarakat Indonesia merupakan masyarakat majemuk yang terdiri dari sejumlah suku bangsa dengan latar belakang kebudayaan, bahasa daerah, dialek, nilai-nilai dan falsafah pemikiran agama, kepercayaan dan sejarah yang berbeda.
2. Adanya pergeseran nilai dalam masyarakat sebagai akibat pembangunan di segala sektor kehidupan.
3. Derasnya arus informasi dan komunikasi yang dibawa oleh media massa (modern) dan para wisatawan yang memperlancar kontak-kontak kebudayaan.
4. Pertambahan penduduk yang menuntut peningkatan sarana dan prasarana umum baik dalam kualitas maupun kuantitas.
5. Segi Pribadi
Sebagai makhluk sosial manusia harus berhubungan (bersosialisasi) dengan manusia lainnya. Dalam melakukan sosialisasi tersebut tidak jarang berkenalan, berteman, bergaul atau bersahabat dengan orang lain yang berbeda suku bangsa, dialek, nilai-nilai dan falsafah pemikiran, latar belakang budaya, dll.
Untuk itu maka diperlukan suatu pengertian diantara mereka. Saling pengertian ini dapat diwujudkan apabila dari setiap individu secara pribadi mau belajar budaya orang lain.
Individu yang gagal dalam mengadaptasi budaya lain dapat menderita gegar budaya (culture shock) yaitu kecemasan yang disebabkan oleh hilangnya tanda-tanda dan lambang-lambang dalam pergaulan sosial.
Syarat yang diperlukan individu untuk melakukan KAB secara efektif :
1. Adanya sikap menghormati anggota budaya lain sebagai manusia.
2. Adanya sikap menghormati budaya lain sebagaimana adanya, dan bukan sebagaimana yang kita kehendaki.
3. Adanya sikap menghormati hak anggota budaya yang lain untuk bertindak berbeda dari cara kita bertindak.
Melancong ke mancanegara, belajar di luar negeri, melobi pengusaha asing, meyakinkan wakil negara sahabat akan kebijakan politik negara sendiri, konferensi lintas agama demi perdamaian dunia, konsultasi dokter dengan pasien, diskusi antara orang tua dengan putrinya yang duduk di bangku SMA, pengarahan atasan kepada bawahan, penayangan berita lewat TV tentang invasi suatu negara/ras, seorang murid pindah sekolah, melakukan pijat dengan tunanetra, diskusi LSM pembela kaum perempuan dengan wakil pemerintah daerah, dll pada dasarnya merupakan komunikasi antara orang-orang berbeda budaya, seberapa kecil pun kadar perbedaan budaya tersebut. Jadi semua itu adalah fenomena komunikasi bernuansa perbedaan budaya.
KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA / KAB (intercultural communication) adalah proses pertukaran pikiran dan makna antara orang-orang yang berbeda budaya.1 Ketika komunikasi terjadi antara orang-orang berbeda bangsa, kelompok ras atau komunitas bahasa, komunikasi tersebut disebut komunikasi antar budaya. Jadi pada dasarnya KAB mengkaji bagaimana budaya berpengaruh terhadap aktivitas komunikasi : apa makna pesan verbal dan nonverbal menurut budaya-budaya bersangkutan, apa yang layak dikomunikasikan, kapan mengkomunikasikannya, bagaimana cara mengkomunikasikannya (verbal dan nonverbal), dsb.
KOMUNIKASI LINTAS BUDAYA / KLB (cross-cultural communication) secara tradisional membandingkan fenomena komunikasi dalam budaya-budaya berbeda. Contoh bagaimana gaya komunikasi pria dalam budaya Amerika dan budaya Indonesia. Tetapi lambat laun KAB dan KLB sering dipertukarkan. Secara konvensional KAB lebih luas dan lebih komprehensif daripada KLB.
KOMUNIKASI ANTAR ETNIK (interethnic communication) adalah komunikasi yang terjadi antara kelompok orang yang ditandai dengan bahasa dan asal-usul yang sama. Oleh karena itu komunikasi antar etnik juga merupakan bagian dari KAB, sebagaimana juga komunikasi antar ras, komunikasi antar agama dan komunikasi antar gender. Dengan kata lain, komunikasi antar budaya lebih luas dari bidang-bidang komunikasi yang lainnya.
KOMUNIKASI ANTAR RAS adalah komunikasi yang terjadi pada sekelompok orang yang ditandai dengan ciri-ciri biologis yang sama. Secara teoritis 2 orang dari ras berbeda boleh jadi memiliki budaya (terutama ditandai dengan bahasa dan agama) yang sama. Secara implisit komunikasi antar ras juga mengandung dimensi komunikasi antar budaya, karena biasanya ras berbeda memiliki bahasa dan asal-usul berbeda. Kalaupun kedua pihak yang berbeda ras sejak lahir diasuh dalam budaya yang sama, potensi konflik tetap ada dalam komunikasi mereka, mengingat pihak-pihak bersangkutan menganut stereotip-stereotip tertentu (biasanya negatif) mengenai mitra komunikasinya yang berbeda ras itu.
Contoh, orang Amerika berkulit putih (nenek moyangnya berasal dari Eropa) dan orang Amerika berkulit hitam (nenek moyangnya berasal dari Afrika) telah hidup berdampingan di negara yang sama selama berabad-abad, tidak dengan sendiri komunikasi diantara mereka harmonis. Hingga sekarang mereka mempunyai potensi konflik yang tetap besar, mengingat mereka memiliki prasangka antarras.
Selain pengertian yang berusaha mengaitkan antara komunikasi dan budaya, masih ada kajian lain yang juga sama dalam usaha untuk mengaitkan komunikasi dan budaya yaitu Komunikasi Internasional. Pendekatan umum dan dasar kedua bidang ini memang sulit dibedakan. Akan tetapi, jika komunikasi antarbudaya berlangsung pada tingkat budaya, dan komunikasi internasional berlangsung pada tingkat negara, yang berarti melewati batas-batas negara. Jadi ada kalanya komunikasi antar budaya identik dengan komunikasi antar bangsa, meskipun tidak selalu demikian. Masalahnya, sering sekelompok orang yang memiliki budaya yang sama (contoh, Indonesia dan Malaysia) dipisahkan oleh batas negara, sehingga bisa dikatakan komunikasi antara Indonesia dan Malaysia adalah komunikasi antar bangsa dalam suatu budaya yang sama. Sebaliknya, kelompok-kelompok orang dengan budaya-budaya berlainan boleh jadi terdapat di negara yang sama, seperti di Amerika Serikat dan Australia, sehingga komunikasi antarbudaya berlangsung di negara yang sama. Perbedaan lainnya adalah KAB lebih banyak menyoroti realitas sosiologis dan antropologis, sementara komunikasi antarbangsa lebih banyak mengkaji realitas politis.
KAB sebagai FENOMENA SOSIAL
Pemahaman mengenai KAB bukan sesuatu yang baru, karena sebenarnya sejak dulu manusia sudah saling berinteraksi yang tentu saja manusia-manusia tersebut mempunyai latar belakang kebudayaan yang berbeda, maka KAB telah dapat dikatakan berlangsung.
Yang baru dari KAB adalah studi sistematik mengenai apa yang sebenarnya terjadi apabila kontak atau interaksi antara orang-orang yang berbeda latar belakang kebudayaannya berlangsung.
Dulu KAB terjadi hanya dalam lingkup sempit dan kecil, yang biasanya terjadi pada golongan minoritas.
Misal, pejabat pemerintahan atau pedagang tertentu yang mempunyai kesempatan/ kepentingan untuk berkunjung ke negeri-negeri lain.
Keadaan sekarang sudah berubah. Media massa pun ikut berperan dalam proses meningkatnya KAB. Dengan bantuan media massa dan abad serba modern ini (salah satu tandanya adalah semakin canggihnya tehnologi) terbentuklah desa semesta (global village), yang salah satu dampaknya adalah semakin meningkatnya kontak-kontak komunikasi dan hubungan antar berbagai bangsa dan negara.
PERLUNYA KAB
Faktor-faktor yang mendorong perkembangan KAB dapat dilihat dari 3 segi :
1. Segi internasional
Telekomunikasi & transportasi
Kemajuan teknologi, khususnya di bidang komunikasi dan transportasi jelas membawa pengaruh positif maupun negatif terhadap kehidupan sosial budaya masyarakat. Teknologi komunikasi dan transportasi telah menyatukan dunia dengan penduduk yang berbeda pandangan politik, sistem sosial dan kepercayaan. Komunikasi dan transportasi membawa bangsa-bangsa ke dalam “Era Globalisasi”. Meningkatnya teknologi komunikasi dan transportasi menciptakan suatu jaringan komunikasi dunia.
2. Satelit
Satelit komunikasi ini memungkinkan jumlah manusia yang banyak dengan jarak yang berjauhan dapat dibujuk, diajarkan dan dihibur secara serentak dalam satu waktu yang sama.
3. Kesadaran manusia
Kesadaran manusia dan bangsa akan adanya kesempatan dan kebutuhan sosial, ekonomi, politik, kebudayaan dan kejiwaan, termasuk kebutuhan akan informasi. Dengan informasi orang dapat mengetahui apa yang telah, sedang dan akan terjadi di suatu masyarakat atau negara, serta dapat mengetahui tindakan yang harus dilakukan untuk memperbaiki hidupnya.
Dengan berkurangnya hambatan-hambatan komunikasi, maka dunia seakan terdesak pada kebutuhan untuk mencapai saling pengertian antara sesama umat manusia. Peperangan yang terjadi mungkin saja disebabkan oleh kurang atau tidak adanya pengertian di antara pihak-pihak yang bertikai karena adanya kepentingan nasional, falsafah hidup, keinginan ataupun harapan-harapan pihak lainnya.
Sesuatu yang dianggap baik oleh suatu pihak belum tentu bernilai positif bagi yang lain dan bahkan sebaliknya.
4. Segi Domestik
Perubahan-perubahan di dunia internasional tentu saja membawa dampak perubahan kebudayaan di dalam negeri. Termasuk munculnya berbagai macam kelompok sub-budaya yang menyimpang dari kebudayaan dominan masyarakat.
Sub budaya adalah : suatu komunitas rasial, etnik, regional yang memperlihatkan pola-pola perilaku yang membedakannya dari sub-budaya lainnya dalam suatu budaya atau masyarakat yang melingkupinya.
Pada umumnya sub budaya terjadi karena adanya minoritas di dalam budaya.
Contoh sub budaya & dampak adanya perubahan internasional ke domestik :
Adanya persamaan hak untuk memperoleh pendidikan yang sama bagi masyarakat Indian di AS. Adanya kesempatan yang sama dalam menduduki jabatan pemerintahan untuk kulit hitam.
Akan tetapi, kontak-kontak baru ini seringkali menemui kegagalan atau tidak menghasilkan sesuatu yang diharapkan. Masalah-masalah yang muncul tidak saja disebabkan perbedaan bahasa, pengertian tentang penggunaan waktu, pakaian, warna kulit, tetapi lebih mendalam dan kompleks karena menyangkut perbedaan nilai dan cara memandang kehidupan.
Di Indonesia, adanya beberapa fenomena sosial tidak mustahil akan membuka kemungkinan terjadinya kesalah pahaman atau bahkan konflik fisik.
FAKTOR YANG MENDORONG STUDI KAB DI INDONESIA
1. Adanya kenyataan bahwa masyarakat Indonesia merupakan masyarakat majemuk yang terdiri dari sejumlah suku bangsa dengan latar belakang kebudayaan, bahasa daerah, dialek, nilai-nilai dan falsafah pemikiran agama, kepercayaan dan sejarah yang berbeda.
2. Adanya pergeseran nilai dalam masyarakat sebagai akibat pembangunan di segala sektor kehidupan.
3. Derasnya arus informasi dan komunikasi yang dibawa oleh media massa (modern) dan para wisatawan yang memperlancar kontak-kontak kebudayaan.
4. Pertambahan penduduk yang menuntut peningkatan sarana dan prasarana umum baik dalam kualitas maupun kuantitas.
5. Segi Pribadi
Sebagai makhluk sosial manusia harus berhubungan (bersosialisasi) dengan manusia lainnya. Dalam melakukan sosialisasi tersebut tidak jarang berkenalan, berteman, bergaul atau bersahabat dengan orang lain yang berbeda suku bangsa, dialek, nilai-nilai dan falsafah pemikiran, latar belakang budaya, dll.
Untuk itu maka diperlukan suatu pengertian diantara mereka. Saling pengertian ini dapat diwujudkan apabila dari setiap individu secara pribadi mau belajar budaya orang lain.
Individu yang gagal dalam mengadaptasi budaya lain dapat menderita gegar budaya (culture shock) yaitu kecemasan yang disebabkan oleh hilangnya tanda-tanda dan lambang-lambang dalam pergaulan sosial.
Syarat yang diperlukan individu untuk melakukan KAB secara efektif :
1. Adanya sikap menghormati anggota budaya lain sebagai manusia.
2. Adanya sikap menghormati budaya lain sebagaimana adanya, dan bukan sebagaimana yang kita kehendaki.
3. Adanya sikap menghormati hak anggota budaya yang lain untuk bertindak berbeda dari cara kita bertindak.
Selasa, 08 Desember 2009
Teknologi Komunikasi
TEKNOLOGI
Merupakan hasil budaya manusia yang meliputi unsur2 : ilmu pengetahuan, rekayasa, seni dan nilai2 ekonomis.
Tujuan adanya teknologi yaitu untuk memberi kemudahan pada urusan manusia.
ASPEK PENERAPAN TEKNOLOGI :
1.Aspek budaya (cultural aspect)
Teknologi bertujuan untuk mengembangkan budaya, bukan malah melenyapkannya. Bila teknologi perang menghasilkan bom yang memusnahkan manusia dan hasil-hasil budaya manusia, maka teknologi semcam ini tidaklah memperhatikan aspek pengembangan budaya.
2.Aspek organisasi (organizational aspect)
Perkembangan teknologi akan sangat dipengaruhi oleh sisi kerjasama masyarakat dalam hal kehidupan sosial-masyarakat, kegiatan berekonomi, dan kegiatan berpolitik.
3.Aspek teknis (technical aspect)
Teknologi berkembangan dengan adanya pengetahuan (knowledge), kecakapan bekerja (skill), dan perekayaasaan (engineering/technic) yang dikuasai oleh manusia.
Pandangan dari penganut persfektif modernisasi.
Teknologi adalah produk dari kebudayaan manusia. Kemajuan Teknologi seringkali dijadikan indikator kemajuan budaya suatu bangsa. Negara yang banyak membuat inovasi dalam teknologi komputer dianggap memiliki kebudayaan yang tinggi. Suatu negara saat ini disebut modern bila menghasilkan banyak teknologi. Pada umumnya teknologi lahir dari pattern of behavior (pola perilaku) suatu bangsa atau seseorang yang selalu berharap mencapai kemajuan (memiliki need of achievement). Sedangkan orang atau bangsa yang terbelakang dan berharap pada “uluran tangan” bangsa lain (need for affiliation) dianggap akan sulit menghasilkan teknologi.
Cultural borrowing yang berarti meminjam kebudayaan negara-negara maju atau dalam arti lain dipahami sebagai alih-teknologi. Pada kenyataannya sulit bagi negara berkembang untuk melakukan alih-teknologi. Yang terjadi kebanyakan bangsa berkembang hanya menjadi operator teknologi. Meski demikian, kita bisa lihat bahwa umumnya saat ini ‘dunia” menilai kemajuan budaya dengan indikator penguasaan teknologi.
Teknologi komunikasi merupakan alat bantu dalam proses berkomunikasi.
CIRI2 TEKNOLOGI MODERN
1.Integrated (terpadu)
2.Interaktif
3.Jangkauan luas
4.Costumizeable (dapat disesuaikan menurut selera khalayak)
5.Asynchronous (waktu penyiaran kepada khalayak dan proses interaksi terjadi pada saat yang sama)
6.Simultaneous (waktu penyiaran kepada khalayak dan proses interaksi terjadi tidak pada saat itu juga, tetapi feedback/interaksinya tertunda dilain waktu)
JENIS-JENIS TEKNOLOGI KOMUNIKASI
1.Komunikasi Intrapersonal dan Transendental
2.Komunikasi Interpersonal
3.Komunikasi Publik
4.Komunikasi Massa
5.Komunikasi Massa + Interpersonal
PERKEMBANGAN PERADABAN MASYARAKAT :
1.Masyarakat Pre-agrikultural (pra-sejarah)
Tanda api, ketukan batu, kentongan, hingga bunyi-bunyian terompet sederhana.
2.Masyarakat Agrikultural (sejarah dan tulisan)
Masa ini ditandai dengan ditemukannya catatan sejarah tertua, seperti naskah kuno bangsa Sumeria pada 4.000 tahun sebelum masehi (SM). Dengan adanya naskah tertulis, maka masa ini adalah masa dikenalnya budaya tulis. Kitab suci ag
ama, seperti Al-Quran dan Al-Kitab ditulis dan disalin pada masa ini. Tradisi lisan juga dialihkan ke dalam catatan-catatan.
3.Masyarakat Industri
Ditemukannya mesin cetak, mesin uap dan lampu pijar/listrik di abad ke-18. Masyarakat mulai beralih profesi dari pertanian menuju ke produksi.
4.Masyarakat Informasi
Informasi dan data menjadi hal yang dianggap lebih bernilai, bahkan dari hasil produksi sekalipun. Masa ini ditandai dengan penemuan teknologi komputer, internet, dan jaringan pada tahun 1950-an. Di masa ini, kebanyakan orang bekerja di depan komputer dan telepon. Orang yang menguasai informasi akan lebih menguasai sumber-sumber ekonomi dan bahkan juga kekuasaan politik.
Masyarakat Informasi
Istilah ini mulai populer di tahun 1980-an, terutama dengan terbitnya buku The Third Wave karya Alvin Toffler. Sosiolog dan futuris ini menguraikan adanya tiga gelombang peradaban, yaitu peradaban pertanian, peradaban industri, dan peradaban informasi.
CIRI MASYARAKAT INFORMASI :
1. Pemanfaatan berbagai bentuk informasi dalam aktivitas sehari-hari (setiap aktivitas membutuhkan informasi), sehingga dibutuhkan penyediaan informasi yang beragam bagi kebutuhan individu maupun untuk interaksi sosialnya (informasi yang dibutuhkan tidak lagi sederhana)
2. Tingkat kebutuhan informasi yang semakin banyak, beragam dan kompleks, sehingga dibutuhkan berbagai institusi pengolahan informasi (information / content provider) dan perangkat dan jaringan untuk menyediakan, mengolah dan menyebarkan informasi (kebutuhan informasi tidak lagi bisa dipenuhi oleh sumber informasi personal)
3. Pemanfaatan berbagai bentuk teknologi komunikasi (perangkat teknis / media) dan teknologi informasi (pengolahan informasi) sebagai pendukung aktivitas dalam konteks akses terhadap informasi dan alat pengolah informasi. Bentuk alat berteknologi yang digunakan berupa komputer (desktop, notebook, tablet PC, dsb), mobile phone, PDA (personal digital assistance), ipod, dsb.
4. Ketergantungan terhadap informasi yang tinggi dalam menjalankan aktivitas sehari-hari, sehingga mudah terlihat dari konsumsi informasi dalam volume yang cukup besar, struktur data yang lebih rumit, sifat data yang spesifik dan beragam. Sebagian konsumsi informasi tersebut adalah informasi yang berbayar.
Peradaban pra-cocok-tanam → Kebudayaan lisan
Peradaban cocok-tanam → diawali dengan kebudayaan lisan dan diakhiri kebudayaan tulis
Peradaban industri → kebudayaan tulis
Peradaban informasi → kebudayaan audio-visual dan kebudayaan tulis
MEDIAMORFOSIS (Roger Fidler - 1997) media komunikasi yang berubah dari satu peradaban ke peradaban selanjutnya.
Pendapat Fidler dalam kaitan antara tahap-tahap kebudayaan dan teknologi komunikasi yang muncul pada masanya :
Belum ada bahasa → tak ada teknologi komunikasi
Budaya lisan → teknologi sederhana: kentongan, pipa asap, beduk, lonceng
Ciri masyarakat lisan, yaitu kebudayaan adalah milik umum atau siapa saja.
Budaya tulis → awal teknologi modern: Alat tulis, mesin cetak, buku, surat kabar, majalah, bulletin
Budaya audio-visual → teknologi modern: telegraf, telepon, radio, film, televise, video-tape, video-camera, internet, telepon selular
Tahap ini oleh Walter Ong disebut juga sebagai SECOND ORALITY atau budaya lisan yang kedua.
Setiap peradaban memiliki teknologi. Seolah kita mendapat kesan bahwa peradaban yang baru lebih maju teknologinya daripada peradaban yang lama. Hal ini ada benarnya mengingat teknologi baru merupakan wujud penyempurnaan teknologi lama. Namun, secara filosofi fungsi dari masing-masing peradaban dan kebudayaan, akan tampaklah bahwa teknologi pada peradaban dan kebudayaan yang lebih baru tidak akan selalu lebih ideal. Setiap masa tentunya melahirkan karakter kehidupan tersendiri dan manusia yang hidup pada suatu masa merasakan kebutuhan yang berbeda dari manusia yang hidup pada masa yang berbeda.
GLOBAL VILLAGE (Kampung Dunia)
Istilah “kampung dunia” atau global village ini dipopulerkan oleh Marshall McLuhan (1982). Menurut dia, manusia telah dijauhkan dari realitas dunia. Sebaliknya, televisi telah membuat kita lebih interdependen. Kita tahu apa yang terjadi di belahan dunia lain dengan segera. Kita merasa telah menjadi bagian dari penduduk dunia saat menyaksikan siaran pertandingan sepakbola Piala Dunia. Tak ada batas politik, tak ada batas geografis.
INFRASTRUKTUR
Sarana komunikasi merupakan istilah yang ditujukan untuk peralatan yang digunakan untuk berkomunikasi secara langsung.
Contoh :
Handphone, komputer (chatting), telephone, telegrap, surat (kertas), dll
Pra sarana komunikasi merupakan istilah yang dipakai untuk menyebut peralatan yang menghubungkan sarana komunikasi agar dapat berfungsi.
Contoh :
- Satelit (agar komunikasi lintas negara dapat berfungsi tanpa kabel)
- Operator jaringan (sebagai penyedia jasa layanan komunikasi)
- Kabel optic (sebagai alat canggih yg digunakan untuk menghubungkan antar sarana komunikasi)
- Parabola (sebagai alat penerima gelombang komunikasi)
- Pntena pemancar (sebagai alat pengirim gelombang komunikasi)
- dll
Teknologi digital dan multimedia semakin memperjelas dominasi pertukaran informasi dan mendorong terbentuk masyarakat informasi (information society).
Merupakan hasil budaya manusia yang meliputi unsur2 : ilmu pengetahuan, rekayasa, seni dan nilai2 ekonomis.
Tujuan adanya teknologi yaitu untuk memberi kemudahan pada urusan manusia.
ASPEK PENERAPAN TEKNOLOGI :
1.Aspek budaya (cultural aspect)
Teknologi bertujuan untuk mengembangkan budaya, bukan malah melenyapkannya. Bila teknologi perang menghasilkan bom yang memusnahkan manusia dan hasil-hasil budaya manusia, maka teknologi semcam ini tidaklah memperhatikan aspek pengembangan budaya.
2.Aspek organisasi (organizational aspect)
Perkembangan teknologi akan sangat dipengaruhi oleh sisi kerjasama masyarakat dalam hal kehidupan sosial-masyarakat, kegiatan berekonomi, dan kegiatan berpolitik.
3.Aspek teknis (technical aspect)
Teknologi berkembangan dengan adanya pengetahuan (knowledge), kecakapan bekerja (skill), dan perekayaasaan (engineering/technic) yang dikuasai oleh manusia.
Pandangan dari penganut persfektif modernisasi.
Teknologi adalah produk dari kebudayaan manusia. Kemajuan Teknologi seringkali dijadikan indikator kemajuan budaya suatu bangsa. Negara yang banyak membuat inovasi dalam teknologi komputer dianggap memiliki kebudayaan yang tinggi. Suatu negara saat ini disebut modern bila menghasilkan banyak teknologi. Pada umumnya teknologi lahir dari pattern of behavior (pola perilaku) suatu bangsa atau seseorang yang selalu berharap mencapai kemajuan (memiliki need of achievement). Sedangkan orang atau bangsa yang terbelakang dan berharap pada “uluran tangan” bangsa lain (need for affiliation) dianggap akan sulit menghasilkan teknologi.
Cultural borrowing yang berarti meminjam kebudayaan negara-negara maju atau dalam arti lain dipahami sebagai alih-teknologi. Pada kenyataannya sulit bagi negara berkembang untuk melakukan alih-teknologi. Yang terjadi kebanyakan bangsa berkembang hanya menjadi operator teknologi. Meski demikian, kita bisa lihat bahwa umumnya saat ini ‘dunia” menilai kemajuan budaya dengan indikator penguasaan teknologi.
Teknologi komunikasi merupakan alat bantu dalam proses berkomunikasi.
CIRI2 TEKNOLOGI MODERN
1.Integrated (terpadu)
2.Interaktif
3.Jangkauan luas
4.Costumizeable (dapat disesuaikan menurut selera khalayak)
5.Asynchronous (waktu penyiaran kepada khalayak dan proses interaksi terjadi pada saat yang sama)
6.Simultaneous (waktu penyiaran kepada khalayak dan proses interaksi terjadi tidak pada saat itu juga, tetapi feedback/interaksinya tertunda dilain waktu)
JENIS-JENIS TEKNOLOGI KOMUNIKASI
1.Komunikasi Intrapersonal dan Transendental
2.Komunikasi Interpersonal
3.Komunikasi Publik
4.Komunikasi Massa
5.Komunikasi Massa + Interpersonal
PERKEMBANGAN PERADABAN MASYARAKAT :
1.Masyarakat Pre-agrikultural (pra-sejarah)
Tanda api, ketukan batu, kentongan, hingga bunyi-bunyian terompet sederhana.
2.Masyarakat Agrikultural (sejarah dan tulisan)
Masa ini ditandai dengan ditemukannya catatan sejarah tertua, seperti naskah kuno bangsa Sumeria pada 4.000 tahun sebelum masehi (SM). Dengan adanya naskah tertulis, maka masa ini adalah masa dikenalnya budaya tulis. Kitab suci ag
ama, seperti Al-Quran dan Al-Kitab ditulis dan disalin pada masa ini. Tradisi lisan juga dialihkan ke dalam catatan-catatan.
3.Masyarakat Industri
Ditemukannya mesin cetak, mesin uap dan lampu pijar/listrik di abad ke-18. Masyarakat mulai beralih profesi dari pertanian menuju ke produksi.
4.Masyarakat Informasi
Informasi dan data menjadi hal yang dianggap lebih bernilai, bahkan dari hasil produksi sekalipun. Masa ini ditandai dengan penemuan teknologi komputer, internet, dan jaringan pada tahun 1950-an. Di masa ini, kebanyakan orang bekerja di depan komputer dan telepon. Orang yang menguasai informasi akan lebih menguasai sumber-sumber ekonomi dan bahkan juga kekuasaan politik.
Masyarakat Informasi
Istilah ini mulai populer di tahun 1980-an, terutama dengan terbitnya buku The Third Wave karya Alvin Toffler. Sosiolog dan futuris ini menguraikan adanya tiga gelombang peradaban, yaitu peradaban pertanian, peradaban industri, dan peradaban informasi.
CIRI MASYARAKAT INFORMASI :
1. Pemanfaatan berbagai bentuk informasi dalam aktivitas sehari-hari (setiap aktivitas membutuhkan informasi), sehingga dibutuhkan penyediaan informasi yang beragam bagi kebutuhan individu maupun untuk interaksi sosialnya (informasi yang dibutuhkan tidak lagi sederhana)
2. Tingkat kebutuhan informasi yang semakin banyak, beragam dan kompleks, sehingga dibutuhkan berbagai institusi pengolahan informasi (information / content provider) dan perangkat dan jaringan untuk menyediakan, mengolah dan menyebarkan informasi (kebutuhan informasi tidak lagi bisa dipenuhi oleh sumber informasi personal)
3. Pemanfaatan berbagai bentuk teknologi komunikasi (perangkat teknis / media) dan teknologi informasi (pengolahan informasi) sebagai pendukung aktivitas dalam konteks akses terhadap informasi dan alat pengolah informasi. Bentuk alat berteknologi yang digunakan berupa komputer (desktop, notebook, tablet PC, dsb), mobile phone, PDA (personal digital assistance), ipod, dsb.
4. Ketergantungan terhadap informasi yang tinggi dalam menjalankan aktivitas sehari-hari, sehingga mudah terlihat dari konsumsi informasi dalam volume yang cukup besar, struktur data yang lebih rumit, sifat data yang spesifik dan beragam. Sebagian konsumsi informasi tersebut adalah informasi yang berbayar.
Peradaban pra-cocok-tanam → Kebudayaan lisan
Peradaban cocok-tanam → diawali dengan kebudayaan lisan dan diakhiri kebudayaan tulis
Peradaban industri → kebudayaan tulis
Peradaban informasi → kebudayaan audio-visual dan kebudayaan tulis
MEDIAMORFOSIS (Roger Fidler - 1997) media komunikasi yang berubah dari satu peradaban ke peradaban selanjutnya.
Pendapat Fidler dalam kaitan antara tahap-tahap kebudayaan dan teknologi komunikasi yang muncul pada masanya :
Belum ada bahasa → tak ada teknologi komunikasi
Budaya lisan → teknologi sederhana: kentongan, pipa asap, beduk, lonceng
Ciri masyarakat lisan, yaitu kebudayaan adalah milik umum atau siapa saja.
Budaya tulis → awal teknologi modern: Alat tulis, mesin cetak, buku, surat kabar, majalah, bulletin
Budaya audio-visual → teknologi modern: telegraf, telepon, radio, film, televise, video-tape, video-camera, internet, telepon selular
Tahap ini oleh Walter Ong disebut juga sebagai SECOND ORALITY atau budaya lisan yang kedua.
Setiap peradaban memiliki teknologi. Seolah kita mendapat kesan bahwa peradaban yang baru lebih maju teknologinya daripada peradaban yang lama. Hal ini ada benarnya mengingat teknologi baru merupakan wujud penyempurnaan teknologi lama. Namun, secara filosofi fungsi dari masing-masing peradaban dan kebudayaan, akan tampaklah bahwa teknologi pada peradaban dan kebudayaan yang lebih baru tidak akan selalu lebih ideal. Setiap masa tentunya melahirkan karakter kehidupan tersendiri dan manusia yang hidup pada suatu masa merasakan kebutuhan yang berbeda dari manusia yang hidup pada masa yang berbeda.
GLOBAL VILLAGE (Kampung Dunia)
Istilah “kampung dunia” atau global village ini dipopulerkan oleh Marshall McLuhan (1982). Menurut dia, manusia telah dijauhkan dari realitas dunia. Sebaliknya, televisi telah membuat kita lebih interdependen. Kita tahu apa yang terjadi di belahan dunia lain dengan segera. Kita merasa telah menjadi bagian dari penduduk dunia saat menyaksikan siaran pertandingan sepakbola Piala Dunia. Tak ada batas politik, tak ada batas geografis.
INFRASTRUKTUR
Sarana komunikasi merupakan istilah yang ditujukan untuk peralatan yang digunakan untuk berkomunikasi secara langsung.
Contoh :
Handphone, komputer (chatting), telephone, telegrap, surat (kertas), dll
Pra sarana komunikasi merupakan istilah yang dipakai untuk menyebut peralatan yang menghubungkan sarana komunikasi agar dapat berfungsi.
Contoh :
- Satelit (agar komunikasi lintas negara dapat berfungsi tanpa kabel)
- Operator jaringan (sebagai penyedia jasa layanan komunikasi)
- Kabel optic (sebagai alat canggih yg digunakan untuk menghubungkan antar sarana komunikasi)
- Parabola (sebagai alat penerima gelombang komunikasi)
- Pntena pemancar (sebagai alat pengirim gelombang komunikasi)
- dll
Teknologi digital dan multimedia semakin memperjelas dominasi pertukaran informasi dan mendorong terbentuk masyarakat informasi (information society).